Jokowi Nonton Film Yowis Ben: Banyak Lucunya

TEMPO | 29 Maret 2018 | 12:10 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - <div id="isi" 0px;="" padding:="" border:="" font-variant-numeric:="" inherit;="" font-variant-east-asian:="" font-stretch:="" font-size:="" medium;="" line-height:="" font-family:="" roboto,="" helveticaneuew01-45light,="" helvetica,="" arial;="" vertical-align:="" baseline;="" color:="" rgb(0,="" 0,="" 0);="" letter-spacing:="" 0.16px;"="">

Presiden Jokowi nonton film Yowis Ben di sela kunjungannya ke Malang, Jawa Timur, Rabu, 28 Maret 2018.

Jokowi mengaku senang dengan penggunaan bahasa daerah dalam film tersebut. "Saya senang sekali ada sebuah film yang berbahasa daerah Jawa Timur-an. Kemudian di bawahnya tetap ada terjemahan bahasa Indonesia, sehingga semua bisa melihat dan menikmati," ujarnya, seperti dilansir Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden. 

Yowis Ben film komedi besutan Fajar Nugros dan Bayu Skak. Film yang dibintangi Bayu Skak, Brandon Salim, dan Devina Aureel ini unik lantaran 80 persen percakapannya menggunakan bahasa Jawa. 

Jokowi merekomendasikan sebagai film yang wajib ditonton anak muda. "Bagus sekali, banyak lucunya, banyak gernya, dan alur ceritanya bagus," ucapnya. 

Jokowi berharap semakin banyak masyarakat yang mau mendukung film nasional dan semakin banyak bioskop yang menayangkan. Dukungan itu akan memberikan kesempatan pada pembuat film untuk bertumbuh dan berkreasi.

Film nasional mengalami pertumbuhan yang sangat baik jika dilihat dari jumlah layar dan penonton. Berdasarkan data yang dilaporkan situs Katalog Film Indonesia (KFI), jumlah penonton pada 2017 mencapai 42,7 juta, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 37,2 juta penonton.

Jumlah layar bioskop di Indonesia meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Hingga Desember 2017, sudah ada 263 gedung bioskop dengan total layar sebanyak 1.412. Jumlah layar pada akhir 2017 meningkat hingga 2,3 kali lipat dibanding di penghujung 2012 yang hanya memiliki 145 gedung bioskop dengan total layar 609.

Namun peningkatan ini tidak diiringi dengan peningkatan jumlah kru pembuat film. Dia menuturkan kekurangan kru ini di satu sisi membawa kabar baik lantaran membuka lapangan kerja. Kekosongan itu, tutur dia, dapat segera terisi, salah satunya melalui tenaga terampil yang dihasilkan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Pemerintah tengah meningkatkan kualitas SMK yang berkaitan dengan perfilman untuk menghasilkan tenaga kerja mumpuni. Saat ini, baru 18 SMK dari 120 SMK yang sudah direvitalisasi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diminta segera mempercepat perbaikan itu.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO