Alasan Istri Sering Merasa Seperti Pembantu di Rumahnya Sendiri

Alam Mary | 4 Mei 2024 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sering kita mendengar ungkapan dari sebagian istri yang merasa "dibabukan" di rumahnya sendiri. Artinya, istri merasa seperti sedang bekerja sebagai pembantu atau asisten rumah tangga (ART). Sangat jauh dari konsep "diratukan" yang diidam-idamkan.

Tentu kita semua tahu, apa tugas dan tanggung jawab seorang ART, bukan? Antara lain, mengerjakan semua yang bisa dan harus dikerjakan. Bahkan lebih menyedihkan jika dibanding menjadi ART betulan, karena yang dilakukan ibu rumah tangga rasa pembantu seringnya tidak kenal waktu dan tidak pula mendapat bayaran.

Tapi tunggu dulu. Terkait konsep merasa "dibabukan", jangan-jangan tidak sepenuhnya salah anggota keluarga lain, seperti suami dan anak-anak. Bisa jadi karena sebagai istri kurang menerapkan batasan dan menegakkan aturan main. Akibatnya, istri jadi kebablasan tanggung jawabnya hingga terbawa perasaan sendiri.

Well, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan rajin bersih-bersih atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Karena itu bagian dari menjadi manusia yang mandiri dan bermanfaat. Yang perlu ditekankan di sini sekali lagi adalah batasannya yang jangan sampai terlanggar. 

Melansir The Laundry Moms, berikut ini "kesalahan-kesalahan" seorang istri atau ibu rumah tangga yang lama-kelamaan membuat dirinya benar mirip seorang babu. Yuk simak!

1. Melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri

Perfeksionis boleh-boleh saja. Tapi terlalu menginginkan segala sesuatu di rumah tertata dan disusun sesuai standar Anda, maka Anda sendiri yang akan kelelahan luar biasa. Anggota keluarga lain jadi punya alasan tidak mengerjakan apa-apa, karena "takut" tidak sesuai standar Anda.

2. Tidak meminta bantuan suami

Apakah Anda lupa cara bermanja-manja terhadap suami? Maka berani meminta bantuan termasuk bagian dari bersikap manja. Lakukan tanpa nada perintah, tatap matanya penuh harap, jangan lupa sertakan senyuman yang terindah. Kadang suami jadi terlihat enggan membantu, karena istri duluan yang terlalu ingin terlihat tangguh. Lama-lama para suami malas membantu selamanya. 

3. Membiarkan anak-anak memperlakukan dengan kasar

Sedikit-sedikit anak meminta bantuan ini itu dari Anda. Awalnya hal-hal penting. Tapi lama kelamaan hal sepele pun meminta bantuan Anda. Sebagai ibunya, Anda melulu dihadapkan pada kebimbangan dan kekaburan batasan soal kasih sayang. Karena Anda menolerir terus perlakuan anak-anak yang demikian, tidak aneh jika mereka semakin kurang ajar dan memperlakukan ibunya seperti seorang pembantu.

4. Merapikan tugas dan tanggung jawab yang jelas-jelas milik anggota keluarga lain

Apakah Anda sering memunguti kaos kaki yang berserakan, memunguti remah-remah biskuit di ruang tamu, menggantung pakaian seragam sekolah atau kerja suami, dan lain-lain. Kenapa harus Anda yang melakukannya? Itu tugas sepele yang seharusnya bisa dilakukan sendiri. Tegaskan berulang soal peraturan ini agar seluruh anggota keluarga paham.

5. Selalu berusaha menolong semua orang di rumah

Ini masih erat kaitannya dengan batasan kasih sayang. Namun jika terus menerus kasihan dan bawaannya ingin menolong, selalu membantu menyelesaikan masalah, anggota keluarga lain nantinya akan semakin tidak mandiri. Percayalah, kelak mereka akan menyalahkan Anda karena tidak pernah tegas mengajarkan kemandirian.

6. Terlalu membuat jadwal yang ketat untuk urusan rumah tangga

Anda sudah menuliskan jadwal pekerjaan rumah tangga harian, mingguan, bulanan. Dan semua harus dikerjakan sesuai jadwalnya. Anda patuh dan tidak mau melanggarnya hanya untuk sekadar refreshing. Misalnya, sesekali mengabaikan jadwal mencuci gorden di hari Minggu untuk pergi jalan-jalan, ya lakukan! Tidak akan runtuh dunia hanya karena menundanya. 

7. Tidak terorganisir

Ini kebalikan dari poin 6

 Di sini Anda justru abai terhadap peraturan ringan seperti meletakkan kembali barang di tempat semula. Begitu pun anggota keluarga lainnya, ikut mengabaikan peraturan mendasar tersebut. Akhirnya, selalu Anda yang sibuk mencari-cari benda yang hilang dan merasa lelah sendirian. 

8. Seringnya hanya meminta bantuan anak, tapi tidak memerintah anak

"Kak, nanti bisa sekalian bawa piringnya ke cucian ya?" atau "Selesai makan, cuci piring kamu sendiri!" Tentu Anda bisa melihat perbedaan jelas antara kedua contoh kalimat tersebut. Maka terhadap anak-anak, biasakan untuk menggunakan kalimat perintah langsung terkait urusan pekerjaan rumah tangga yang memang merupakan tanggung jawabnya.

9. Makan terburu-buru dan tidak pada tempatnya

Makan dan menikmatinya adalah hak asasi manusia. Termasuk Anda. Maka saat tiba waktunya makan, ambil waktu Anda, siapkan dengan kekhususan yang Anda sukai, dan nikmati tanpa ada interupsi dari siapa pun. Ketika suami atau anak "mengganggu" makan Anda untuk hal-hal yang tidak darurat dan masih bisa menunggu, beranikan katakan "Tunggu saya selesaikan makan, ya!" Lakukan ketegasan ini dengan konsisten. Lambat laun semua akan menghormati batasan Anda.

10. Berpikir kalau goal ibu rumah tangga adalah membuat keluarganya bahagia

Ingat, kebahagiaan adalah tanggung jawab masing-masing orang. Tidak ada satu orang pun yang harus bertanggungjawab membahagiakan orang lain dan merasa bersalah ketika semua tidak merasa bahagia. Seperti halnya Anda yang ingin bahagia. Setop memintanya dari orang lain dan tetapkan batasan-batasan yang akan membuat Anda sendiri bahagia.

Penulis : Alam Mary
Editor: Supriyanto
Berita Terkait