Penyebab Berat Badan Justru Naik Setelah Selesai Berpuasa Sebulan Penuh

Carisya Nuramadea | 21 Juni 2017 | 18:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ramadhan bagi sebagian besar orang dianggap sebagai perubahan mendadak dalam kebiasaan makan. Asupan kalori meningkat di malam hari, waktu makan bergeser, dan kadar kortisol dan insulin meningkat pada malam hari di bulan Ramadhan.

Kortisol berhubungan dengan stres. Terlalu sedikit kadar kortisol membuat kita merasa lelah karena kortisol memainkan peran penting dalam mengatur energi dan jika di bawah tekanan, kortisol dapat memberikan glukosa dalam tubuh. Kortisol juga memengaruhi nafsu makan dan hasrat kita untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi.

Dapat diasumsikan bahwa pergeseran irama kortisol dan insulin selama bulan Ramadhan ini sebenarnya bisa membantu meningkatkan nafsu makan kita sebelum waktu fajar (sahur). Bila meningkat secara kronis, kortisol dapat memiliki efek berbahaya terhadap berat badan, fungsi kekebalan tubuh, dan risiko penyakit kronis.

Jika kadar kortisol dan nafsu makan tinggi terjadi karena kita tidak berhati-hati dalam memilih makanan selama bulan Ramadhan, perubahan kesehatan tubuh yang luar biasa dan perubahan tidur justru bisa terjadi.

Meskipun sebagian besar penelitian mengkonfirmasikan terjadinya penurunan berat badan bagi sebagian besar orang terjadi pada bulan Ramadhan (lalu naik lagi setelah Ramadhan selesai), penelitian yang dilakukan pada sukarelawan di Arab Saudi justru melaporkan adanya peningkatan yang signifikan dalam asupan kalori, lemak, karbohidrat dan protein, serta juga peningkatan berat badan yang signifikan selama bulan Ramadhan.

Makan berlebihan seperti itu, terutama sebelum tidur, menyebabkan gangguan tidur dan meningkatkan refluks asam ke kerongkongan, yang mempengaruhi kualitas tidur. Jadi jika kita ingin tidur nyenyak di bulan Ramadhan, dapat dikatakan bahwa kita perlu makan lebih sedikit lagi dan lebih sehat di bulan Ramadhan daripada pada waktu-waktu lainnya.

Membiasakan diri berpuasa sunnah seperti pada hari Senin dan Kamis, serta waktu-waktu lain yang direkomendasikan, dapat membantu tubuh menyesuaikan diri dengan tubuh pada masa puasa Ramadan yang lebih intensif. Selain itu, manfaat kesehatan dari puasa reguler yang didokumentasikan dengan baik pada penelitian tahun 2008 yang dilakukan di Utah menemukan bahwa puasa mengurangi risiko terkena penyakit koroner.

Sebuah studi lanjutan tahun 2014 yang menemukan bahwa puasa merangsang perubahan metabolik yang menurunkan tingkat kolesterol "buruk" dan kadar gula darah. Kita harus selalu ingat bahwa manfaat kesehatan dari puasa yang diamati dalam penelitian ilmiah tersebut terkait dengan keseluruhan konsumsi kalori yang menurun.

Menjaga "kebugaran puasa" dengan berpuasa reguler sebelum bulan Ramadhan dapat membantu mengurangi risiko perubahan fisiologis yang terjadi tiba-tiba saat Ramadan. Melakukan puasa atau sunah secara bertahap atau teratur secara sukarela dapat memperbaiki pola tidur kita yang berubah pada saat bulan Ramadhan--dan tentu saja—dapat menjaga berat badan tetap ideal dan tubuh tetap sehat dan bugar.

 

(dea/wida)

Penulis : Carisya Nuramadea
Editor : Carisya Nuramadea