Agar Anak Tidak Kecanduan Junk Food

Rizki Adis Abeba | 29 Juli 2019 | 22:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menurut data Federasi Obesitas Dunia, saat ini lebih dari 3,5 juta anak di dunia mengidap penyakit diabetes tipe 2. Jumlah ini diprediksi akan melonjak menjadi 4,1 juta anak pada 2025. Ditambah lagi, sekitar 24 juta anak mengalami tekanan darah tinggi dan lebih dari 33 juta anak mengidap kelainan liver akibat dari obesitas. Konsumsi junk food atau makanan bernutrisi rendah ditengarai menjadi pemicu utama berbagai gangguan kesehatan itu.

Makanan apa saja yang masuk ke dalam kategori junk food? Pakar nutrisi Sari Sunda Bulan AMG. menjabarkan, “Yang tergolong dalam kategori junk food adalah makanan yang memiliki kandungan gula, garam, minyak, dan kalori tinggi, namun kekurangan mikronutrisi seperti vitamin dan mineral.” Junk food tidak selalu berbentuk burger, piza, atau hot dog, namun nugget, minuman soda, biskuit, permen, jeli, kentang goreng juga masuk ke dalamnya.

Tingginya asupan gula, garam, dan minyak, bukan hanya menyebabkan kalori berlebihan bagi tubuh, namun merembet ke masalah kesehatan seperti ginjal, penyempitan pembuluh darah, gangguan gula darah, gangguan liver, tumbuhnya sel kanker, dan obesitas.

Sebagai orang tua, Anda tentu tidak menginginkan anak Anda menjadi salah satu “korban” junk food. Sayangnya, kehidupan modern, dengan segala sesuatunya serbapraktis dan cepat, memungkinkan junk food mengambil bagian. Junk food ada di mana-mana. Anda mungkin tidak akan bisa membesarkan anak yang sama sekali tidak tersentuh junk food, namun banyak hal yang bisa Anda lakukan agar anak terhindar dari kebiasaan memakan junk food secara berlebihan.

Biasakan membaca kemasan makanan

Sari menekankan kepada orang tua agar mempelajari dan membiasakan membaca kandungan nutrisi pada kemasan makanan anak. Biasakan melihat jumlah kandungan gula dan garamnya. Pada kemasan makanan, garam biasa disebut natrium atau natrium klorida. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, asupan maksimal harian garam adalah 6 gram, gula 50 gram, dan kalori rata-rata 1.200 kilo kalori. “Jika anak sudah memakan makanan yang manis, imbangi dengan meminum air putih, jangan lagi memilih minuman manis,” urai Sari. Untuk menghindari kelebihan minyak, kombinasikan teknik memasak. “Jika sudah ada ayam goreng, jangan dampingi dengan kentang goreng. Pilihlah salad atau kentang rebus agar seimbang,” imbuh Sari.

Bangun kebiasaan makan masakan rumah

Akan jauh lebih mudah menghindari junk food jika anak dibiasakan makan masakan rumah, yang tentunya bisa Anda ukur kandungan nutrisinya. Ini tentu membutuhkan upaya dan komitmen lebih dari orang tua. Untuk membangun kebiasaan memakan masakan rumah, ibu harus mau meluangkan waktu dan kreatif dalam membuat menu masakan yang disukai anak. Membangun kebiasaan makan di rumah juga bisa dibentuk dengan melibatkan anak dalam mengolah masakan. Ketika anak diajak memilih menu, jenis sayuran, dan bahan masakan, kemudian diikutsertakan pula dalam proses memasak, mereka akan lebih bersemangat menikmati hasil masakan dan tidak ada lagi alasan untuk tidak menyukai makanan rumah.

Batasi waktu menonton iklan televisi

Survei kualitatif yang dialakukan Lembaga Penelitian Kanker di Inggris menyimpulkan, iklan makanan di televisi memberikan pengaruh nyata pada perilaku konsumsi anak-anak. Responden anak berusia antara 8-12 tahun mengatakan, iklan makanan di televisi membuat mereka lapar dan ingin mencoba makanan itu. Tentu saja tak didapati sayur dan buah di televisi, melainkan iklan aneka jajanan, minuman, dan restoran cepat saji. Membatasi waktu anak menonton iklan makanan juga salah satu cara untuk memangkas keinginan mereka mencicipi junk food.

(riz)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait