Persembahan Terakhir: Kaya Canda, Miskin Emosi
TABLOIDBINTANG.COM - PERSEMBAHAN Terakhir (PT) bukan satu-satunya film Indonesia yang menampilkan peniru Raja Pop, Michael Jackson.
Pada 1985, Soraya Intercine Films merilis kisah Miki Jackson, anak seorang pembantu yang dekat dengan Merry, anak majikan.
Sang majikan murka, lalu mengusir Miki serta ibunya. Sang Khalik membalik hidup Miki. Ia menjadi penyanyi profesional yang mirip Michael Jackson. Inilah drama hidup Untuk Sebuah Nama, yang mengharu biru.
Bagaimana dengan PT?
Kami menonton Untuk Sebuah Nama tiga kali. Selama itu pula, kami bisa merasakan nuansa kisah klise lewat akting yang emosional. Merry dimainkan Meriam Bellina.
Pemeran Miki meski masih baru dan kebanting saat diadu dengan Mer, bisa menarik empati. Seklise apa pun kisahnya, jika dilakonkan dengan baik, akan mengaduk emosi penonton.
Kalau boleh melayangkan kritik, emosi ini yang tidak dimiliki para pemain PT. Kisahnya klise. Tanpa sengaja Silvia (Annabella) bertemu Anto (Faiz) yang sangat mengidolakan Michael Jackson. Ia tinggal bersama ibunya (Yati Surachman). Anto mengidap leukemia. Tergerak belas kasihan, Silvia meminta kekasihnya, Fadly (Fadly) yang dulu tergabung dalam MJJ Dance untuk ikut kompetisi tari tahunan demi membahagiakan Anto.
Fadly menghubungi teman-temannya yang dulu tergabung dalam MJJ Dance. Mereka Jamal (Mustofa), Dion (Rafi), Mathias (Saul K.), dan Rey (Adhitia). Jika mau mengantarkan kisah klasik dengan emosi yang kuat, mestinya film ini dibangun dengan logika dasar dari naskah yang realistis.
Setelah belasan tahun vakum, dia mengumpulkan kembali teman-temannya yang memiliki kehidupan masing-masing. Ada yang di bengkel, kecanduan narkotika, menjual kebab, dan lain-lain.
Langkah yang ditempuh penulis naskah Kaka Endy sudah tepat. Dia mengadaptasi siasat John Swetnam (Step Up All In, 2014) yakni, menggambarkan upaya Fadly menemui teman-temannya.
Akan tetapi, banyak hal yang kurang esentsial yang disuguhkan dalam pencarian itu. Gadis cantik dengan kostum macan muncul, baku hantam, amarah pacar dengan emosi sekelas sinetron stripping, dan dialog bencong dengan niat melucu malah mengaburkan misi paling hakiki film ini.
Emosi yang melebar malah mendapat ruang leluasa. Sementara sesi latihan merangkai gerak dan konflik karakter utama malah dibatasi. Sesi latihan disajikan dalam kolase adegan tidak lebih dari 30 detik.
Sampai di sini, kita tahu PT adalah penghormatan dengan konsep “salam canda”. Minim emosi, tidak seperti yang dijanjikan trailer-nya yang merayu. Atau posternya yang tergarap serius.
Jadi, Anda tidak perlu menilai apakah PT lebih baik atau menyempurnakan pencapaian Untuk Sebuah Nama.
(wyn/gur)
Pemain : Fadly Jackson, Annabella Jusuf, Mustofa Attoz, Rafi Cinoun, Faiz Zaldi, Adhitia Felani
Produser : Fadly Fuad
Sutradara : Kaka Endy
Penulis : Fadly Jackson, Akhmad Faisal
Produksi : Black White Pictures
Durasi : 120 menit
-
Film Tv Musik
Ghosbuster: After Life, Menangkap Hantu dengan Cara Anak-anak
SupriyantoKamis, 2 Desember 2021 -
Film Tv Musik
Resensi Film BOMBSHELL: Kolaborasi Apik Charlize Theron, Nicole Kidman, Margot Robbie
Panditio RayendraSabtu, 28 Desember 2019 -
Film Tv Musik
Resensi Film IP MAN 4: THE FINALE, Pertarungan Sang Guru di Amerika
Panditio RayendraSabtu, 28 Desember 2019 -
Film Tv Musik
Resensi Film CATS: Senandung Cetar, Emosi Datar
Panditio RayendraJumat, 27 Desember 2019 -
Film Tv Musik
RESENSI FILM Jumanji: The Next Level, Petualangan Seru dan Kisah Persahabatan yang Hangat
Panditio RayendraRabu, 4 Desember 2019 -
Film Tv Musik
Resensi Film LAST CHRISTMAS: Belajar Menghargai Hidup
Panditio RayendraJumat, 29 November 2019 -
Film Tv Musik
Resensi Film KNIVES OUT: Misteri Kematian Penulis Terkenal yang Digarap dengan Baik
Panditio RayendraKamis, 28 November 2019 -
Film Tv Musik
Resensi Film 21 BRIDGES: Antara Penegak Hukum, Kurir Narkoba dan Intrik Kotor
Panditio RayendraSelasa, 26 November 2019 -
Film Tv Musik
RESENSI FILM The Good Liar: Tipuan Menawan Ian McKellen dan Helen Mirren
Panditio RayendraJumat, 22 November 2019