[RESENSI FILM] Hidden Figures: Kisah Sejati Tentang Cinta dan Emansipasi

Wayan Diananto | 20 Maret 2017 | 12:10 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pemain: Taraji P. Henson, Octavia Spencer, Janelle Monae, Kevin Costner, Kirsten Dunst, Jim Paesons, Mahershala Ali 

Produser: Peter Chernin, Donna Gigliotti, Theodore Melfi, Jenno Topping, Pharrell Williams

Sutradara: Theodore Melfi

Penulis: Allison Schroeder, Theodore Melfi, Margot Lee Shetterly 

Produksi: Fox 2000 Pictures

Durasi: 2 jam, 7 menit

 

“Tidak ada toilet untuk saya di gedung ini,” ucap Katherine G. Johnson (Taraji) kepada atasannya di NASA, Al Harrison (Kevin).

“Apa maksudmu?” sahut Al, dengan muka menegang setelah mendapati Katherine tidak ada di meja kerjanya selama hampir 40 menit.

“Tidak ada toilet untuk saya di gedung ini. Untuk membuang urine saja, saya harus berlari sejauh 800 meter. Saya bekerja di kantor ini layaknya seekor anjing siang dan malam bersama teko khusus untuk kulit berwarna yang tidak pernah diisi air, Pak!” jerit Katherine, demi didengar oleh seluruh karyawan departemen komputasi, NASA. Suasana untuk beberapa saat menjadi senyap.
    
Inilah salah satu dialog paling sarkastik tentang aturan membedakan warna kulit yang berlaku di Amerika pada tahun 1960-an. Warna kulit menentukan nasib, tingkat pendidikan, dan jenjang karier. Padahal, kulit berwarna membayar pajak yang sama kepada negara.
    
Katherine, perempuan kulit hitam yang menentukan nasib roket Amerika terbang di lintasan mana dan mendarat di titik koordinat sebelah mana. Ia sosok di balik pencapaian NASA, ketika posisi Amerika di luar angkasa dibayangi Rusia. Katherine, janda tiga anak yang kemudian dinikahi oleh Kolonel Jim Johnson (Mahershala). 
    
Tak hanya Katherine yang menjadi wanita kulit hitam dengan posisi penting di NASA. Ia memiliki dua sahabat yang tak kalah jenius yakni Dorothy Vaughan (Octavia) dan Mary Jackson (Janelle). Merekakah sosok “tak terlihat” di balik reputasi NASA yang mengangkasa.
    
Hidden Figures, sebuah biografi yang dikerjakan dengan selera tinggi. Ia bercerita dari sudut pandang seorang Katherine tanpa mengabaikan posisi dua karakter penting lainnya. Rahasia sukses film ini terletak pada penulisan skenarionya. Sineas Theodore dan Allison mampu menyajika cerita tiga perempuan dengan porsi yang sama penting, adil, dan tidak kanibal. Maksudnya tidak kanibal, karakter yang satu tak sampai menghalangi karakter lainnya untuk bersinar.
    
Katherine karakter paling emosional dan penuh ledakan berkat latar kehidupannya yang tak pernah mudah. Untuk mendapat kehidupan yang mapan, Katherine mesti menggunakan 1000 persen kecerdasan otaknya. Dengan latar susah, Taraji membawakan tokoh ini dengan sangat ekspresif. Nyaris semua “golden scene” Hidden Figures ada di tangan Taraji. 
    
Selain dialog soal toilet berjarak 800 meter di atas, ada sebuah momen yang membuat saya menangis di bioskop. Ketika Katherine harus membuat analisa orbit satelit sementara koordinat nyaris tiap menit berubah. Ia ingin mengikuti rapat para petinggi NASA agar tahu penentuan titik koordinat saat itu, sehingga perhitungan matematikanya bisa dikerjakan secara cepat dan akurat. 
    
Masalahnya, itu rapatnya kaum lelaki. Tak pernah ada dalam sejarah ada perempuan (apalagi kulit hitam, maaf!) yang boleh ikut. Katherina membuat sejarah. Cara sinematografer membidik adegan tangan Al menyerahkan sebatang kapur ke tangan Katherine benar-benar bikin terenyuh.
    
Hidden Figures jelas salah satu cerita penting yang pernah dibuat sepanjang 2016 lalu. Ia mengkombinasikan kecerdasan naskah dengan kekuatan akting para pemain. Semua tokoh penting di kisah ini memberi penampilan apik. Tak hanya Taraji. Octavia salah satu yang memikat hati. Ekspresi kekecewaannya saat mendapat tugas menjadi pengawas namun tidak diangkat secara resmi dan tidak digaji layaknya pengawas lain merupakan momen penarik simpati.


    
Adegan Mary Jackson menggugat ke pengadilan karena jenjang kariernya terhalang warna kulit tergambar dramatis. Namun, Hidden tak lupa pada satu-satunya unsur penting dalam film: cinta. Dan itu terlukis dengan anggun dalam adegan lamaran di meja makan, dansa, hingga seorang suami membekali istrinya pensil arang untuk mengejar pendidikan di sekolah kulit putih.     
    
Inilah salah satu film terkeren yang diproduksi tahun lalu dan tidak ada kata terlambat untuk menyaksikannya tahun ini. Film ini meraih tiga nominasi Oscar untuk Film Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. SAG Awards menggelarinya Film dengan konfigurasi pemain terbaik. Hidden Figures, kisah sejati tentang cinta dan emansipasi. Ia mengingatkan kita bahwa cinta yang universal tidak pernah memandang warna kulit. 

(wyn/ari)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait