Bukan Faktor Keturunan, Ini Penyebab Utama Diabetes pada Anak

Wayan Diananto | 24 Juli 2019 | 18:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Siapa bilang diabetes penyakitnya orang dewasa? Si kecil pun bisa terjangkit penyakit mematikan ini. Kami sempat bertemu penyintas diabetes berusia 12 tahun, Fulki Baharuddin Prihandoko. Fulki merasa ada yang tak beres dengan kondisi tubuhnya saat kelas 2 SD. Kala itu, ia mengalami gatal-gatal, perut sering mulas usai bersantap, rambut rontok, badan lemas, serta bobot menyusut. Lalu Fulki diajak ibunya, Aisyah Rahma, ke rumah sakit.

Bukan Faktor Keturunan

“Padahal, saya makan banyak. Sebelum tidur juga minum banyak,” beri tahu Fulki, pekan lalu. Anehnya, berat badan Fulki terus menyusut. Semula Aisyah berpikir positif, Fulki sibuk belajar dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Itu sebabnya Fulki kurusan. “Kecurigaan saya (ada yang tak beres) menguat setelah ia sering mengompol dan kalau mau sekolah malas-malasan,” Aisyah menyambung. Dokter memberi sejumlah obat agar Fulki berhenti mengompol.

Setelah minum obat, seminggu ia tidak mengompol. Obat habis, Fulki mengompol lagi. Aisyah makin was-was setelah mendapati lantai kamar mandi, bekas dipakai Fulki buang air kecil, lengket dan dikerubuti banyak semut. Ia lantas mengajak si bungsu menjalani pemeriksaan medis. Hasilnya membuat Aisyah syok.

“Dokter mengabari gula darah Fulki 750 sementara hasil tes HbA1c-nya mencapai 17,5. Padahal, level 6,5 saja sudah masuk kategori diabetes. Orang dewasa kalau gula darahnya sebegitu sudah koma,” aku Aisyah dengan mata berkaca. Dokter menjelaskan, Fulki mengidap diabetes tipe 1.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A(K) menjelaskan, diabetes tipe 1 disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin, yang berfungsi memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel. Pankreas dalam tubuh penderita diabetes melitus tipe 1 tak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Di Indonesia, diabetes tipe 1 paling banyak menimpa anak. Populasinya mencapai 80 persen.

Aman membantah anggapan, anak menderita diabetes karena mewarisi bakat penyakit gula orang tua. “Bukan faktor keturunan. Penyebabnya paling sering autoimun yang dipicu infeksi berbagai virus, dari Coxsackie atau flu Singapura hingga polio. Infeksi virus meningkatkan risiko si kecil mengidap diabetes,” Aman menerangkan. Ditengarai penyakit autoimun akibat virus, yang juga diderita Fulki, inilah yang memicu diabetes. Jenis virusnya sendiri belum diketahui karena menurut Aman, masih dalam tahap pengujian.

Bekal Berisi 4 Benda

Aman mengimbau, saat si kecil mengalami gatal, banyak makan, banyak minum, dan kerap kencing, orang tua harus memikirkan kemungkinan diabetes. Perawatan diabetes pada anak, kata Aman, tidak bisa disamakan dengan orang dewasa, mengingat otak anak masih berkembang, begitu pula dengan sistem reproduksi dan fisik mereka.

“Kalau orang tua, kan sudah berhenti bertumbuh. Meski demikian dampak komplikasi diabetes pada anak sama dengan orang tua. Saya pernah menemukan kasus anak berusia 14 tahun terkena komplikasi diabetes hingga matanya katarak. Itu karena gula darahnya sangat buruk. Dalam diabetes tidak ada istilah sembuh total melainkan: kadar gula darahnya telah terkontrol,” urai dia.

Diabetes bukan akhir segalanya. Anak penderita diabetes tetap punya peluang untuk tumbuh layaknya anak-anak lain. Mereka tidak perlu memantang makanan tertentu kecuali minuman dan makanan bergula. Misalnya, anak usia 10 tahun membutuhkan 2.000 kalori per hari, maka asupan karbohidrat hariannya cukup 250 gram, sisanya berupa protein dan lemak.

“Porsi protein dan lemak yang diasup setiap hari bebas, tapi khusus karbohidrat 250 gram. Tidak lebih. Anak juga harus diajari bertahan ketika kadar gula darah melonjak atau menyusut. Di rumah sakit, kami mengajari anak mengecek gula darah sendiri, menyuntik insulin sendiri, hingga mengganti jarum suntik sendiri,” Aman memaparkan.

Ia juga mengimbau orang tua membekali anak yang terkena diabetes dengan 4 benda penting: insulin, alat cek gula darah lengkap dengan baterainya, camilan sehat, dan jurnal harian gula darah. “Anak perlu mencatat kadar gula darah mereka setiap hari. Jurnal itu nantinya dibawa saat kontrol ke dokter,” ujar Aisyah diiakan Aman.

(wyn)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait