KPAI Ungkap Faktor Pendorong Remaja Mabuk Pembalut Wanita

TEMPO | 10 November 2018 | 13:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif (NAFZA), Sitty Hikmawatty, mengatakan  eningkatnya kasus remaja mabuk pembalut wanita didorong oleh masalah ekonomi. "Hasil penelusuran KPAI mendapatkan bahwa awalnya dorongan ekonomi yang membuat mereka melakukan percobaan ini," ujar Sitty, Jumat, 9 November 2018.

Para remaja ini, kata Sitty, pada dasarnya sudah kecanduan Napza, tapi karena tidak mampu membeli karena tidak punya biaya, sehingga mereka berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi internet.

"Meracik sendiri ramuan-ramuan yang diharapkan akan memberikan hasil seperti kebutuhan mereka," kata Sitty. Menurut Sitty, anak anak tersebut banyak yang cerdas, karena dengan berbekal internet mereka bisa membuat beberapa varian baru dari racikan coba-coba.

Dari percobaan dan racikan coba-coba itulah, kata Sitty, tingkat risiko atau bahaya menjadi meningkat. Sebab, anak anak itu hanya konsen pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan, namun zat lainnya cenderung diabaikan. "Sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal," kata Sitty.

Badan narkotika Nasional Daerah Jawa Barat merilis remaja dan pemuda di Jawa Barat, terutama di perbatasan Jawa Barat dengan DKI Jakarta banyak yang mabuk pembalut wanita.

Modus penyalahgunaan bahan kimia dari hasil rebusan pembalut wanita paling bayak ditemukan diantaranya Bekasi, Bogor, Karawang.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait