Annisa Pohan Cerita tentang Sumber Kebahagiaan yang Tiada Habisnya

Vallesca Souisa | 19 Februari 2017 | 10:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sebagai ibu Almira Tunggadewi Yudhoyono (8), nama panjang Aira, hari-harinya tak berubah banyak. Annisa Pohan mendidik putrinya dengan disiplin.

“Saya sangat menerapkan kedisiplinan, khususnya soal waktu dan pelajaran. Aira punya jadwal harian. Dia bersekolah dari jam berapa hingga jam berapa. Sepulang sekolah ada waktunya makan, lalu tidur, kemudian harus bangun jam berapa, harus les piano jam berapa, les melukis jam berapa. Semuanya terjadwal. Saat jadwalnya membuat tugas sekolah, ya dia harus mengerjakan tugas sekolah. Enggak boleh, tuh saat jadwalnya mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba dia menonton televisi. No. No. Saya tidak menoleransi,” tegas Annisa.

Di sisi lain, Annisa juga bersikap sebagai pendengar yang baik dan memberikan dukungan penuh kepada Aira.

“Aira memiliki minat besar terhadap dunia seni. Tetapi nilai akademisnya juga bagus banget. Cita-citanya lebih banyak berkaitan dengan dunia seni. Waktu kecil dia bercita-cita menjadi chef, sekarang ini cita-citanya mau menjadi pelukis. Untuk minatnya ini saya memberikan keleluasaan dan mendukungnya,” sambungnya.

Maka di luar kegiatan sekolah, Annisa menambahkan beberapa kegiatan yang mendukung minat Aira.

“Aira hobi memasak dari kecil. Hobi ini tumbuh karena dulu setiap hari saya memasak untuk suami saya. Jadi sejak Aira usia 2-3 tahun, dia suka ikut ke dapur. Saya melibatkannya juga dalam aktivitas memasak. Misalnya saya lagi membuat pisang goreng, saya ajak dia, ayo tuang tepungnya, tuang airnya. Ayo aduk. Dia waktu itu bicara saja belum lancar, tapi senang main-main begitu, secara tidak langsung dia juga belajar. Daripada anak main sendiri enggak jelas, lebih baik dilibatkan dalam aktivitas saya memasak,” cerita Annisa.

Terbiasa dengan aktivitas memasak, lama-lama Aira ingin menjadi chef.

“Lama-lama dia lebih hebat daripada saya. Saya ini enggak bisa bikin kue. Justru saya bisa bikin kue gara-gara dia. Aira mendorong saya untuk belajar bikin kue, melihat sama-sama di YouTube bagaimana cara bikin kue, lalu kami sama-sama membuatnya,” imbuhnya.

Begitu Aira masuk SD, Annisa mendaftarkannya untuk ikut les memasak.

“Akhir-akhir ini dia lagi suka melukis, akhirnya saya ikutkan les melukis juga. Apa pun yang menarik baginya. Biar dia belajar segala sesuatunya dari sekarang. Jadi, ketika dia besar nanti, mau menjadi apa pun, dia sudah memiliki bekal. Saya bimbing terus, sampai dia menemukan yang cocok di hati dan menentukan pilihannya sendiri,” tutur Annisa.

Karena aktivitas sekolah dan les tambahan ini, Aira kini sibuk.

“Akhirnya sekarang kami justru jarang masak bersama. Hampir enggak pernah,” ujarnya.

Namun komunikasi ibu dan anak ini tetap intens. Komunikasi menurut Annisa sangat penting.

“Saya membangun komunikasi dengannya sebagai teman, sahabat, sekaligus ibu. Saya selalu menekankan kepadanya bahwa saya ini sahabatnya. Saya orang yang paling bisa dia percaya, lebih dari siapa pun di dunia ini. Dan dia memang sangat terbuka dengan saya,’ Annisa bersyukur.

Ada saatnya Annisa berkomunikasi dengan istilah-istilah kekinian yang konyol dengan putrinya ini, ada kalanya bercanda layaknya dua teman wanita, tetapi memang ada saatnya ia berbicara tegas sebagai seorang ibu.

“Dia anak sekaligus sahabat saya. Aira adalah sumber kebahagiaan yang tiada habisnya. Betapa beratnya ujian yang harus saya hadapi, selama ada Aira dan keluarga, cukup menjadi kekuatan sekaligus hiburan untuk saya,” tutupnya. 

 

(val/gur)

 

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait