7 Hari/24 Jam : Bercanda Sepuasnya, Merenung Sedalamnya

Wayan Diananto | 5 Desember 2014 | 18:55 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Mengisi minornya jumlah komedi romantis dengan karakter yang lebih dari sekadar lajang. Kehadiran karya Fajar Nugros ini mengingatkan kita pada drama terpuji Test Pack You're My Baby dengan selera humor yang lebih kental. Ia tidak sekadar mengobral kelakar. Alurnya yang mengerucut pada pesan penting, mengingatkan kita pada plot buatan Katie Dippold, The Heat.

Tania (Dian) karyawan di bidang perbankan dengan sebuah obsesi. Kerja kantoran yang teratur membuatnya menjadi pribadi yang rajin mengingatkan dan cenderung mengatur. Berbanding terbalik dengan suaminya, Tyo (Lukman), sutradara ternama. Sedikit pelupa tetapi juga suka mengatur. Mereka dikaruniai seorang putri (Hadijah). Persamaan karakter mereka barangkali, ya... suka mengatur itu tadi.
    
Ketika dikejar deadline, Tyo pingsan di lokasi syuting. Mendengar kabar ini, Tania yang tengah menyiapkan presentasi bernilai triliunan mesti gesit mengatur waktu antara karier, anak, dan suami. Berhari-hari kemudian, Tania ambruk. Dokter mengindikasi Tania terkena tifus. Di kamar yang sama, ditangani dokter yang sama. Pasangan ini awalnya saling mengerti. Hari-hari berikutnya, Tania dan Tyo menyadari ada yang salah dan perlu dibetulkan dari hubungan mereka.
    
Lima puluh persen lebih adegan film ini dilakukan di kamar rumah sakit. Di sana, sifat asli dua tokoh digali. Motif mereka menikah, seberapa parah workaholic mereka kian jelas. Interaksi yang amat intim menuntut para pelakon bekerja ekstra. Dian, khususnya. Ia vakum enam tahun. Saat kembali, langsung terjun ke dalam genre yang belum pernah dicoba. Pujian patut diberikan kepada Dian dan Lukman.
    
Yang mereka perlihatkan di film ini adalah definisi dari chemistry. Ini bukan kali pertama Dian dan Lukman bersinergi. Pertalian keduanya sudah kentara 15 tahun yang lalu ketika Lukman dan Dian memperkuat album Shelomita, Langkah (EMI, 1999). Persahabatan di kehidupan nyata berkontribusi amat besar sehingga keduanya terlihat lebur dalam film seringan ini.
    
Kami katakan ringan, bukan karena konten naskahnya sepadan dengan snack dalam kemasan yang enak berkat pekatnya MSG. Sepanjang film ini, Nataya lebih banyak bercanda. Dari awal, ketika karakter Tania dan Tyo diperkenalkan kita melihat canda dimana-mana. 
    
Ada beberapa faktor kebetulan di adegan (yang mungkin memelintir logika). Tapi karena kocak, kita dipaksa berkata (dalam hati), "Ya sudahlah, Enggak apa-apa". Memasuki pertengahan, kita melihat bibit-bibit pertengkaran yang tersemai tanpa disadari keduanya. Di sinilah, yang ringan tadi terasa lebih punya massa. Akhirnya, Tyo tiba pada kesimpulan, "The foundation of a good movie is a good family".  Lalu simpulan ini dikoreksi Tania, "The foundation of everything is a good family." 
    
Gaya ini mengingatkan kami pada pesan di akhir film The Heat, yang digurat Mullins (Melissa McCharty) kepada Ashburn (Sandra Bullock) di halaman terakhir buku reuni sekolah. "Now, you have a sister". Setelah semua guyonan yang masuk akal dan kurang masuk akal tadi, kita tak akan dibiarkan Fajar dan Nataya pulang dengan otak kosong. 

Sayang, film dengan dialog seintens ini tidak diperkuat dengan ilustrasi musik dan lagu tema yang memorable. 

Pemain    : Dian Sastrowardoyo, Lukman Sardi, Minanti Atmanegara, Ari Wibowo, Hadijah
Produser    : Affandi Abdul Rachman, Tjandra Warasto
Sutradara    : Fajar Nugros
Penulis        : Nataya Subagya
Produksi    : MNC Pictures
Durasi        : 102 menit

(wyn/adm) 
Foto: Dok. MNC Pictures

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait