Mengenang Shirley Temple (1928-2014), Bintang Cilik Legendaris dengan "Hallo Effect"

Ade Irwansyah | 14 Februari 2014 | 14:54 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - SHIRLEY Temple meninggal dunia awal pekan ini, Senin (10/2) waktu setempat, dalam usia uzur, 85 tahun.

Di Indonesia, nama Shirley Temple justru akrab bagi generasi 1990-an, macam saya. Ketika awal 1990-an, film-film yang dibintangi Temple relatif rutin tayang di RCTI saban Minggu pagi. Di arsip tabloid Bintang, saya pun lantas menemukan profil panjang setengah halaman tabloid tentang Temple sambil menyebut jadwal tayang filmnya: "RCTI, Film Keluarga Pepsodent, 27 Oktober, 09.00 WIB" (edisi no. 37/Th I, Minggu Kedua November 1991).

Dilihat lagi sekarang, saya sempat bertanya-tanya kenapa RCTI berbaik hari mengenalkan kita pada sosok bintang cilik legendaris di Hollywood dari era film klasik tahun 1930-an? Well, bagian artikel yang saya baca di tabloid Bintang memberi petunjuk:

"Macaulay Culkin (Home Alone) mungkin bisa dikategorikan sebagai bintang cilik populer 1990-an. Tapi apa yang membandingkan antara dia dengan Shirley Temple, yang tenar tahun 1930-an? Banyak."

Nah, jadi di awal 1990-an, Macaulay Culkin sedang ngetop-ngetopnya berkat Home Alone (1990). RCTI lantas berbaik hati menggali khasanah lama Hollywood, mengenalkan bintang cilik era lampau. Dari situ kita kenal bintang cilik Shirley Temple yang imut menggemaskan.

Dalam usia 6 tahun, bukan cuma kemampuan akting yang dikuasai Temple. Ia juga pintar menari. Kaki mungilnya mampu menari tap dance yang sulit. Hal itu berkat tempaan orangtuanya.

Sejak usia 2 tahun, si cilik ini sudah digodok dalam sebuah kursus tari. Menyanyi, ia pun mampu. Tapi yang paling pentung dari semua itu, Temple dikarunai--dengan apa yang disebut di artikel Bintang--"Hallo Effect". Maksudnya, itu faktor yang membuat setiap orang, pada jumpa pertama, akan merasa benar-benar tertarik. Pendek kata, Shirley Temple yang wajahnya bulat bagai rembulan, rambutnya yang pirang keemasan, bikin setiap yang melihatnya gemas.

Di tahun 1930-an itu pula, Amerika Serikat tengah dilanda depresi besar. Semua orang tampak suntuk akibat keadaan ekonomi yang kian memburuk. Kehadiran Temple, dengan wajah imut yang bikin gemas, berhasil menumbuhkan optimisme di tengah masyarakat yang sedang mengalami krisis ekonomi berat.

Sukses dan kejatuhan
Lahir tahun 1928, dari seorang teller bank di Santa Monica, si cilik ini pertama kali mencuri perhatian publik saat muncul di serial komedi, Baby Burlesks. Di usia 3 tahun, ia muncul untuk menirukan gaya-gaya artis kenamaan. Tapi baru setelah tampil menari di acara Stand Up dan Cheer di usianya yang ke-6 tahun, perhatian publik mulai menoleh padanya.

Demikian juga perusahaan film Twentieth Century Fox yang langsung menyodorkan kontrak. Tahun 1934 ia mulai muncul untuk peran-peran kecil, Little Miss Marker, Baby Take a Bow, Now and Forever dan Biright Eyes. Man rata-rata empat film setahun, mebuat ia jadi jutawan cilik, mengantungi 3 juta dollar AS untuk film-filmnya.

Namun, di balik kesuksesanya, Temple sesungguhnya memanggul beban yang berat. Anak seusianya justru tengah asyik-asyiknya bercanda dalam kebebasan dunianya. Sementara Temple sudah diwajibkan mengikuti aturan main dalam kontrak film. Termasuk keharusan menjiwai karakter, menghapal skenario, menjalani program latihan vokal.

Hasilnya memang menakjubkan. Begitu The Little Colonel, Our Little Girl, Curly Top, dan The Littlest Rebel diputar, publik memang bisa menikmati bakat, tempaan dan kerja kerasnya. Demam Shirley Temple pun melanda di mana-mana. Dan, sebagaimana layaknya sesuatu yang membuat demam, Shirley pun muncul di mana-mana. Wajahnya muncul di sampul buku hingga boneka. Begitu si cilik ini mendendangkan "On the Good Ship Lollipop", di mana-mana semua orang (anak-anak dan orangtuanya) ikut melantunkan lagu ini.

Puncak kejayaannya pada saat ia menginjak 10 tahun, tatkala ia mengulang kesuksesan lagu "Rebecca of Sunny Brook Farm". Sayang, tiada pesta tanpa akhir. Di penghujung tahun 1930-an, ia mengalami cedera, dan keajaiban pun selesai. Tiada lagi si cilik yang dipuja dan dirindukan banyak orang. Pada usia 16 tahun, ia muncul kembali dan berusaha mengembalikan perjatian publik, lewat filmnya Miss Annie Rooney (1942), Since You Wen Away (1944), The Bachelor and the Bobby (1947), dan Fort Apache (1948). Tapi tak satupun dari fim-film tersebut mengembalikan kejayaannya.

Pada saat itu banyak orang menilai bahwa kegagalannya karena tak mengikuti tren film musikal kala itu. Masyarakat lebh mengidolai Judy Garland dan Deanna Durbin. Menjelang 1960-an, ia berusaha menggapai karier di TV. Tapi, ternyata gagal lagi.

Berkarier di politik dan kena kanker payudara
Karier panggung kemudian dikuburnya dalam-dalam. Temple mengincar karier di bidang politik. Di akhir 1960-an dia mulai gia di PBB. Keuletannya di bidang ini mebuahkan hasil. Tahun 1974 sampai 1976 ia diangkat jadi dubes AS untuk Ghana. Ia juga pernah menjabat kepala rumah tangga Gedung Putih. Terakhir, di era Presiden George Bush, ayah dari George W. Bush, Temple diangkat jadi dubes Cekoslovakia--sebelum negara itu berpisah jadi dua di akhir era Perang Dingin.

Untuk urusan asmara, pernikahan pertamanya dihempas badai. Suami pertama hanya menikahi harta dan popularitasnya. Tahun 1950 ia menikahi Charles Black, seorang pengusaha. Perkawinan ini hanya dipisahkan maut saat Black meninggal tahun 2005. Temple punya dua anak.

Temple pernah pula divonis kanker payudara di tahun 1970-an. Tumor kanker berhasil diangkat. Temple lalu menjadi seleb yang paling awal mengkampanyekan kesadaran masyarakat atas bahaya kanker payudara.

Kisah hidup Shirley Temple yang panjang penuh warna. Kenyataan hidup memang tak seceria film-filmnya. Namun, Temple akan selalu kita kenang atas wajahnya yang imut menggemaskan. Dia sungguh memiliki "Hallo Effect".

(ade/ade)

Penulis : Ade Irwansyah
Editor: Ade Irwansyah
Berita Terkait