Sri Rossyati dan Sri Irianingsih, Ibu Kembar Yang Peduli Pendidikan Anak Kolong Jembatan

Yohanes Adi Pamungkas | 4 Maret 2017 | 19:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran yang layak. Termasuk anak-anak jalanan dan anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Melihat ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin, Sri Rossyati (67) dan Sri Irianingsih (67) mendirikan Sekolah Darurat Kartini, sekolah gratis bagi anak-anak jalanan dan anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Kini, 26 tahun sudah ibu kembar ini mengelola Sekolah Darurat Kartini. Mereka bersyukur sudah banyak lulusan yang telah meraih sukses dan bekerja di berbagai bidang. 

Rossy dan Rian dibesarkan dari keluarga berkecukupan. Mengenyam pendidikan di sekolah swasta, hati mereka berdua bergejolak ketika melihat perbedaan kondisi antara anak-anak murid sekolah swasta dan anak-anak murid sekolah rakyat.

“Di zaman penjajahan namanya masih sekolah rakyat. Murid-muridnya sangat miskin. Mereka tidak memakai sepatu saat bersekolah,” kenang Rossy ketika ditemui Bintang di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. 

Dari situ hati Rossy tergerak untuk memperbaiki kehidupan anak-anak yang berasal dari keluarga tak mampu. Setelah terendap sekian lama, niat mulia tersebut akhirnya diwujudkan Rossy pada 1990. Ia mendirikan Sekolah Darurat Kartini di sebuah lahan luas tempat pembuangan sampah di bilangan utara Jakarta.

“Tempat itu sekarang menjadi Mal. Dulu tempat anak-anak gelandangan mencari sampah, mencari makan dari sisa makanan yang dibuang,” cerita Rossy. 

Di tempat itu Rossy mengajar banyak pelajaran. Rossy mengaku senang bisa membagi ilmunya kepada anak-anak yang membutuhkan.

“Saya ingin berbagi kebaikan lewat pendidikan supaya banyak anak-anak yang bisa melanjutkan sekolah lagi agar menjadi pintar,” Rossy berkisah.

Tahun 1996, Rossy mengajak Rian bergabung membesarkan Sekolah Darurat Kartini. “Suami saya sudah meninggal, jadi saya memutuskan ke Jakarta saja tinggal bersama (Rossy),” imbuh Rian. 

Dengan niat tulus, mereka menyusuri Jakarta, mencari tempat-tempat baru yang bisa digunakan untuk lokasi Sekolah Darurat Kartini.

“Kami survei di beberapa tempat di bawah kolong jembatan di Jakarta. Ternyata banyak sekali anak-anak jalanan yang tinggal di kolong jembatan di kawasan Ancol, mereka tidak bersekolah tapi sudah bekerja sebagai pengamen,” bilang Rian yang usianya lebih muda 5 menit dibandingkan Rossy. 

 

(han/gur)

 

Penulis : Yohanes Adi Pamungkas
Editor: Yohanes Adi Pamungkas
Berita Terkait