Salah Kaprah Vaksinasi Covid-19, Ini Kata Pakar

Redaksi | 13 Mei 2021 | 18:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Memprihatinkan ketika orang nekat mudik di tanggal yang dilarang Pemerintah. Makin miris ketika uji usap secara acak dilakukan terhadap para pemudik dan empat ribuan orang positif Covid-19.

Berkaca pada India yang diterjang tsunami Covid-19, apakah Indonesia bisa lebih siap andai kemungkinan buruk itu terjadi? Jelas, protokol kesehatan tak boleh mengendur meski vaksin Covid-19 telah didistribusikan ke berbagai provinsi. Selain protokol kesehatan jangan kendur, persepsi publik tentang vaksinasi Covid-19 mesti dijernihkan.

Hal tersebut terungkap dalam webinar “Belajar dari India, Babak Baru Covid-19 di Indonesia, Siapkah Kita?” bersama RS Premier Jatinegara Jakarta, awal pekan ini.

Salah satu narasumber, Prof. dr. Menaldi Rasmin Sp.P (K), FCCP, menjelaskan, vaksin adalah zat yang dimasukkan ke tubuh manusia untuk merangsang sistem kekebalan dalam melawan penyakit tertentu. Vaksin Tuberkulosis misalnya, spesifik untuk merangsang sistem kekebalan agar mengenal Tuberkulosis. Dia akan melawan ketika kuman masuk apalagi dalam jumlah besar.

“Jadi vaksin bukanlah tentaranya. Vaksin adalah alarm atau belnya. Ia membangunkan serta memberi tahu sistem kekebalan bahwa ada musuh. Kemudian badan mencari bentuk yang spesifik terhadap penyakit itu. Dia menciptakan sel-sel yang cocok lalu diperbanyak sebagai respons atas penyakit,” kata Menaldi. Lalu mengapa orang yang telah menempuh vaksinasi Covid-19 dua dosis masih bisa terinfeksi? Menaldi memetakan sejumlah kemungkinan.

Pertama, orang itu sudah terinfeksi. Virus sudah ada, tapi belum sakit. Ketika dia sakit, itu berbareng dengan vaksinasi dosis kedua.

“Virus ada dalam tubuh tapi belum menyebabkan sakit. Untuk sakit itu tergantung jumlah virus yang masuk, sifat ganas virus, dan daya tahan tubuh seseorang,” imbuhnya.

Ketika jumlah virus bertambah dan tubuh tak bisa lagi menahan, vaksin sebagai alarm akan menyala.

“Kalau sudah divaksin masih sakit, kemungkinan kedua adalah memang vaksin sudah masuk tapi daya tahan tubuh orang itu tidak cukup kuat untuk membendung penyakit. Atau mungkin kekebalannya sudah muncul tapi jumlahnya masih kurang untuk melawan virus,” Menaldi menerangkan.

Seseorang yang telah divaksinasi, jika terinfeksi Covid-19, sakitnya tidak akan parah.

“Mereka yang sudah divaksinasi lalu kena Covid-19, tidak sampai masuk ICU karena badan sudah kenal dan sanggup berkelahi melawan penyakitnya walaupun mungkin tidak kalah-kalah amat. Itu tak sampai menguasai inang atau manusianya,” pungkasnya.
 

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait