Berawal dari Gigi Berlubang, Berakhir dengan Serangan Jantung dan Strok

Redaksi | 16 Agustus 2019 | 13:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bu, jangan sepelekan lubang pada gigi. Konon, lubang pada gigi yang dibiarkan bisa memicu sejumlah penyakit mematikan seperti jantung atau strok. Jika benar demikian, bagaimana kuman di gigi bisa pelesir ke sejumlah organ vital lain?

Gingivitis dan Periodontitis

Drg. Bambang Nursasongko SpKG(K) dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk Jakarta Barat menjelaskan gigi memiliki banyak bagian di antaranya email, dentin, dan pulpa. Efek lubang pada email dan dentin tidak seburuk pada pulpa. Jika lubang gigi mengenai pulpa, Anda harus waspada mengingat di pulpa ada pembuluh darah. Kuman dan bakteri bisa jalan-jalan melalui pembuluh darah ke organ vital lain termasuk jantung.

“Itu sebabnya, sekali gigi berlubang ia akan berlubang terus. Berbeda dengan kulit. Ketika kulit terluka, ia punya mekanisme untuk menutup luka melalui regenerasi sel. Sementara gigi yang rusak sama seperti tembok. Saat retak atau berlubang, ya harus ditambal. Kalau sudah sampai pulpa, solusinya pulpa itu harus dibuang. Namanya perawatan saluran akar. Dulu orang menyebutnya perawatan saraf,” beri tahu Bambang di Jakarta, minggu lalu.

Sayang, awam sering meremehkan lubang pada gigi. Mereka berpikir, nanti kalau lubangnya sampai ke saraf, sarafnya tinggal dicabut, habis perkara. Bambang mengingatkan, gigi yang telah kehilangan saraf tidak ada manfaatnya. Sama seperti tangan yang tidak punya saraf, ia tidak mampu merasakan panas meski dibakar. Senada dengan Bambang, spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD menyebut beberapa penelitian medis menunjukkan bahwa gangguan gigi berhubungan dengan penyakit strok dan jantung koroner.

“Gigi berlubang memicu gingivitis atau peradangan gusi. Jika dibiarkan, ia menjelma menjadi periodontitis yakni infeksi pada gusi yang merusak jaringan lunak, menghancurkan tulang penyangga gigi, dan meningkatkan risiko serangan jantung, strok, dan masalah kesehatan serius lainnya. Periodontitis adalah peradangan yang berlangsung selama berbulan-bulan,” ulas Erik.

Faktor Risiko Tradisional

Periodontitis, kata Erik, memicu gangguan sistemik. Peradangan yang meluas memaksa tubuh mengeluarkan sitokin. Sitokin adalah protein yang disekresi oleh sel sebagai respons imun dan peradangan. Sitokin merangsang pembentukan plak. Plak-plak yang berkumpul menempel di pembuluh darah. Lama-lama menyumbat dan mengganggu aliran darah tubuh kita.

“Inilah yang membuat Anda terserang jantung atau strok. Dampak lain, memicu kerusakan endotel pada dinding pembuluh darah. Beberapa kuman yang menyusup ke tubuh lewat lubang gigi mengeluarkan zat lipopolisakarida yang mengandung asam lemak, lalu mengikat plak-plak yang menempel di dinding pembuluh darah. Ini bisa memperburuk keadaan,” Erik menjelaskan.

Meski demikian, gangguan gigi belum dimasukkan ke dalam faktor risiko tradisional penyakit jantung dan strok yang meliputi usia, jenis kelamin, riwayat diabetes, hipertensi, kebiasaan merokok, dan riwayat kesehatan keluarga.

“Banyak pasien yang terkena serangan jantung tapi giginya tidak bermasalah. Banyak pula pasien yang giginya rusak tapi jantungnya baik-baik saja. Sejumlah analisis menyebut kerusakan gigi ada kaitannya dengan penyakit jantung atau strok namun belum menjadi faktor risiko. Karena itu penelitian seputar kesehatan gigi dan jantung terus dikembangkan,” sambung dia.

Penyakit jantung dipicu banyak faktor. Mereka yang terkena serangan jantung dan giginya rusak, bisa jadi memiliki riwayat diabetes. Sementara diabetes bergaul akrab dengan hipertensi dan kebiasaan merokok. Jumlah kasus pasien yang giginya rusak kronis lalu terkena penyakit jantung atau strok, menurut Erik, baru mencapai 20 persen.

“Itu berdasarkan penelitian yang saya baca. Bukan tidak mungkin persentase ini meningkat ke depan mengingat gaya hidup masyarakat serbainstan. Berkaca pada beberapa kasus yang saya temui, saya mengajak masyarakat membersihkan tubuh secara menyeluruh. Selain rutin membersihkan gigi, mengontrol kesehatan gigi enam bulan sekali ke dokter tetap penting,” pungkasnya.

 

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait