Anne Avantie, Menjadikan Kebaya Jauh dari Kesan Kuno

Indra Kurniawan | 13 Maret 2016 | 14:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Untuk kali ke-20 ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) digelar. Di malam puncak PPI 2016, 19 Februari 2016, finalis asal Sulawesi Tengah, Kezia Roslin Cikita Warouw (24), menjadi pemenang.

Malam itu Kezia, yang mengalahkan 38 finalis lainnya, memesona dengan balutan kebaya hijau elegan berekor ungu panjang karya Anne Avantie (50). Ini kali ke-14 wanita yang akrab disapa Bunda Anne ini terlibat dalam PPI.

Di PPI tahun ini, Anne berkolaborasi dengan anaknya, Intan Avantie, yang merancang busana untuk 5 besar.

“Saya bahagia bisa mengantarkan setiap Puteri Indonesia yang terpilih. Mereka tidak hanya cantik tapi juga mempunyai hati yang luar biasa,” ucap ibu tiga anak ini.

Kebaya rancangan Anne tidak hanya menjadi langganan PPI. Sejak 2004, kebaya Anne juga dipakai Miss Universe ketika berkunjung ke Indonesia.

Pejabat dan seleb seperti Nadine Chandrawinata, Atiqah Hasiholan, Julia Perez, Luna Maya, dan Agnez Mo juga pelanggan setia Anne.

Baju dodot batik bermotifnya, yang dibuat menggunakan teknik texmo, dikenakan Agnez Mo dalam satu adegan video klip “Coke Bottle” yang dirilis dua tahun lalu.

Anne memang maestro kebaya. Inovasi dan kreasinya yang menembus batas menjadikan kebaya jauh dari kesan kuno.

Ide-idenya memodifikasi kebaya mengikuti tren mode, bebas dan kreatif. Saking bebasnya, karya-karyanya dikritik merusak pakem.

Namun, kebaya salah potong yang membuat bagian bahu asimetris, yang habis-habisan dikritik, malah menjadi primadona. Ia menamai karyanya kebaya artistik.

Pro-kontra kebaya Anne yang terjadi pada 1999 tanpa disadari menciptakan peluang. Di situlah titik balik karier Anne setelah keterpurukan selama tiga tahun (1995-1997).

“Itu bagian haknya selaku desainer untuk menyatakan ekspresinya, karena hasil olahnya memang etnik kontemporer yang harus dihargai,” desainer senior Musa Widyatmodjo berpendapat.

“Dia memberikan sentuhan baru dalam modifikasi kebaya. Penekanannya melalui perubahan bentuk garis leher menjadi asimetris,” tambah Musa, yang memboyong Anne ke Ibu Kota. 

Kritik demi kritik tidak membelenggunya. Di sisi lain, ia melestarikan kebaya sebagai warisan budaya Nusantara. Anne menjelma sebagai trendsetter kebaya di Indonesia.

Tidak sedikit desainer mulai dari kelas teri sampai kelas kakap terang-terangan mencontek karyanya dan menjualnya dengan harga miring. Yang mengherankan, Anne tidak marah. 

Menurutnya, itu salah satu bentuk apresiasi. Bukti kebaya rancangannya diminati semua lapisan masyarakat.

“Jangan takut dicontek, karena Tuhan tak pernah salah dalam membagi rezeki. Saya sangat bersyukur dikaruniai energi yang tak pernah habis. Makanya, saya harus siap menghadapi Anne Avantie KW1 sampai KW1000, he he he,” ucap Anne.

Menginjak tahun ke-26 berkarya, Anne, yang tak bisa menggambar pola sebagaimana alumni sekolah mode, tidak pernah kering ide. 

Di balik keglamoran karya-karyanya, Anne sosok sederhana. Hidup bergelimang harta tidak menjadikannya lupa daratan. Ia membagi kebahagiannya lewat Wisma Kasih Bunda (WKB) yang melayani operasi penderita hidrosefalus, atresia ani (anak tanpa dubur), bibir sumbing, dan penyakit-penyakit lain yang membutuhkan pelayanan khusus.

“Anna Avantie itu bukan sebuah karya. Lebih dari itu Anna Avantie itu sebuah brand yang bergerak karena inspirasi. Oleh karena itu, saya terus menghidupkan inspirasi dalam segala bidang. Mulai dari menulis, berbagi lewat seminar, mengajar, sampai melayani. Itu yang saya bangun semuanya. Sehingga saat di satu bidang redup, bidang lain naik. Semua ada masanya. Waktu Tuhan, bukan waktu saya," ungkap istri Joseph Henry Susilo saat ditemui Bintang di butiknya di Grand Indonesia, Jakarta.

 

(ind/gur)

 

Penulis : Indra Kurniawan
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait