Mesranya Hubungan Obesitas dan Diabetes dengan Penyakit Jantung

Wayan Diananto | 7 Januari 2019 | 12:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Minggu lalu, Titiek Puspa mengakui menggunakan alat pacu jantung. Ia menambah panjang daftar seleb yang berjuang melawan penyakit jantung. Setelah menjalani perawatan intensif, kondisinya membaik dan dapat beraktivitas kembali.

Sepanjang tahun lalu sejumlah seleb Tanah Air berpulang akibat serangan jantung, di antaranya bintang sinetron Tukang Ojek Pengkolan Arief Rivan, aktor laga George Taka, Nurbuat, dan Sys NS. Fakta ini mengingatkan publik agar makin waspada dengan penyakit yang berhubungan mesra dengan diabetes dan obesitas.

Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD menerangkan serangan jantung ditandai dengan sensasi nyeri di dada. Masalahnya, jantung bukan satu-satunya penyakit yang ditandai dengan nyeri dada. Penyakit GERD (naiknya asam lambung) juga memiliki tanda yang sama. Saat anggota keluarga merasakan nyeri dada, segera ajak ia ke dokter. Semakin cepat terdeteksi, peluang untuk pulih 100 persen meninggi. 

“Dua sampai 6 jam setelah serangan mesti segera dilakukan tindakan, itu masa kritisnya. Setelah masa kritis lewat, pasien yang kegemukan harus segera menurunkan berat badan. Lalu menjalani pemeriksaan medis sebulan sekali. Obesitas salah satu faktor yang berkaitan erat dengan serangan jantung,” terang Erik kepada Bintang di Jakarta, pekan lalu.

Penyebab utama serangan jantung adalah sumbatan di pembuluh darah. Jika serangan terjadi kurang dari sejam sebelum pemeriksaan, pasien diberi obat pengencer darah. Kalau lebih dari sejam apalagi lebih dari 12 jam, pasien disarankan menjalani kateterisasi yakni operasi untuk mendiagnosis sejumlah sumber sumbatan, seperti bilik jantung, katup, atau pembuluh darah utama jantung. Erik membenarkan bahwa selain obesitas, diabetes punya hubungan mesra dengan jantung. 

“Orang yang mengidap diabetes berisiko mengalami penyumbatan lagi di pembuluh darah jantung yang sama. Persentasenya tinggi, mencapai 70 sampai 80 persen. Penelitian menunjukkan, meski kadar gulanya 100 persen terkontrol, komplikasi mikrovaskuler berjalan terus. Ayah saya misalnya, 20 tahun lebih berjuang melawan diabetes. Awalnya jantungnya dipasangi 3 ring, lalu bertambah menjadi 5 ring. Sekarang ia menggunakan 15 ring, padahal kadar gulanya terkontrol. Pola makannya pun sudah diperbaiki,” Erik mencontohkan.

Dulu, jantung koroner menyerang pasien usia lanjut. Kini, penyakit ini mengintai generasi muda. Belum lama ini, kata Erik, di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta ada remaja berusia 17 tahun terserang jantung koroner. Karenanya gaya hidup sehat wajib dilaksanakan. Bukan berarti Anda harus diet ketat dan memusuhi lemak agar terhindar dari obesitas.

(wyn / gur)
 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait