Mengenal Lebih Dalam Problem Sakit Hati Alias Hepatitis

Wayan Diananto | 7 September 2019 | 03:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ya, yang kami maksud sakit hati di sini bukan hati yang tersakiti oleh pasangan, lara karena diselingkuhi, cinta bertepuk sebelah tangan, galau, dan sebagainya.

Sakit hati yang kita bahas kali ini, sakit pada organ hati (liver), yang sering kita sebut hepatitis. Pengertian hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada organ hati. Berasal dari kata hepar (liver) dan titis (radang).

Musabab Sakit Hati

Di dunia ada dua miliar orang terinfeksi hepatitis. Dan 350 juta jiwa di antaranya menderita hepatitis B kronis. Data dari liver.stanford.edu menyebut, satu juta orang meninggal tiap tahun akibat penyakit ini.

Artinya, terjadi 2.800 kematian setiap hari atau 1-2 nyawa melayang setiap menit!

Menurut dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, hepatitis tidak melulu disebabkan virus meski mayoritas kasus hepatitis akibat virus. Penyebab lain misalnya:

1. Banyak penderita demam berdarah mengalami kenaikan enzim serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim ini dilepas ke dalam aliran darah sebagai akibat dari luka hati. Ia menjadi indikator yang spesifik terkait status kesehatan hati. Fenomena ini disebut hepatitis karena virus dengue.

2. Pelemakan hati (fatty liver). "Mereka yang mengalami obesitas (kadar kolesterol dalam tubuh tinggi) atau mengidap diabetes bisa mengalami pelemakan hati. Kondisi ini disebut NASH (non-alcoholic steatohepatitis). Diperkirakan hepatitis jenis ini akan menjadi 'tren' di masa depan," urai Irsan.

3. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan dieliminasi hati. Banyak menenggak minuman keras dapat memberatkan kerja hati. Merusak fungsi hati secara perlahan sekaligus konsisten. Ini akan menimbulkan kerusakan hati yang disebut alcoholic liver disease.

4. Obat. Misalnya, obat TBC atau antibiotik. Itu sebabnya awam sering berujar, "Nanti kalau saya minum obat TBC, liver saya terganggu". Menurut Irsan, kekhawatiran itu lumrah mengingat beberapa obat memang berisiko meningkatkan gangguan hati. Kondisi ini sering disebut DILI (drug induced liver injury). Tipe obat yang “menganut” prinsip makin tinggi dosis diminum, makin besar potensi liver terganggu yakni obat yang mengandung parasetamol.

Rasanya, tidak ada orang di Indonesia yang belum pernah minum obat berparasetamol. Kalau demam, langsung minum obat yang mengandung parasetamol. Kalau sakit kepala, minum obat dengan parasetamol, lalu Anda mengantuk dan istirahat. Kalau dicermati, pada kemasan obat sakit kepala atau flu yang kita minum terdapat peringatan yang kurang lebih bunyinya: “Hati-hati bagi yang berpenyakit liver” atau “Tidak boleh diberikan bagi yang berpenyakit hati.”

"Artinya, bisa memicu Hepatitis. Tapi, jangan pernyataan ini disalahartikan bahwa parasetamol biang keladi hepatitis. Parasetamol bisa memicu hepatitis jika dikonsumsi dalam skala besar. Biasanya, kalau lebih dari 20 gram (setara dengan 40 tablet) atau yang harus diwaspadai, toxic mulai muncul jika sekaligus mengonsumsi obat berparasetamol lebih dari 4 gram atau setara dengan 8 tablet," terang dokter kelahiran Padang, 28 Oktober itu.

Kuning

Virus hepatitis menjadi masalah besar karena menimbulkan komplikasi kronis seperti kanker dan sirosis hati. Khusus di Indonesia, angka prevalensi hepatitis B sangat tinggi, mencapai 9,4 persen. Bagaimana dengan hepatitis C? "Sementara hepatitis C, 1,5-2 persen. Di kota besar seperti Jakarta menjadi ancaman serius. Hepatitis C sering diidap pemakai narkotika akibat penggunaan jarum suntik. Dan tidak mengherankan jika mayoritas pasien hepatitis C juga mengidap virus HIV," Irsan menukas.

Itu sebabnya peneliti Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia lebih konsentrasi meneliti hepatitis B, karena banyak penderita hepatitis yang dibawa ke dokter dalam kondisi stadium lanjut.

Hepatitis B menjadi momok lantaran 80 persen penderita pada tahap awal tidak memperlihatkan gejala apa pun. Satu-satunya solusi, mengecek kandungan HbsAg (penanda awal infeksi hepatitis B) serta anti HCV (pemeriksaan darah untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus hepatitis C).

Pada tahap lebih lanjut barulah muncul gejala antara lain rasa lelah berlebihan dan organ tubuh menguning. Jika hati sudah meradang, gejalanya akan lebih ekstriem yakni muntah darah lalu perut membesar karena hati membengkak.

"Tidak terlihatnya gejala pada tahap awal karena hati tidak punya saraf. Jadi ketika ia diserang, si pemilik hati tidak merasakan apa-apa, sampai hati itu rusak sedemikian parah," papar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Omong-omong soal tubuh menguning, Irsan mewanti-wanti bahwa kuning adalah manifestasi hepatitis. Kuning tidak selalu karena hepatitis.

Dan tidak semua penderita hepatitis akan menguning. Organ tubuh kita menguning bisa disebabkan beberapa faktor, misalnya:

1. Pemecahan sel darah merah (hemolisis). Kelainan bukan pada livernya, tapi sel darah merah.

2. Ikterus neonatorum yakni kuning pada bayi yang baru lahir karena metabolisme bilirubin masih belum optimal.

3. Radang empedu, kanker pankreas, atau empedu tersumbat.

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait