Anak yang Kurang Tidur Terancam Alami Kerusakan Otak dan Obesitas

aura.co.id | 10 Agustus 2020 | 04:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Apakah anak Anda cukup tidur? Jam berapa si kecil pergi tidur setiap malam? Kami tahu, menidurkan si kecil terkadang menjadi pertarungan yang berat. Semakin besar, semakin banyak kegiatan, anak akan semakin punya banyak alasan untuk menolak tidur. Namun Bu, membuat anak tidur dalam kuantitas cukup dan jam teratur sangat penting bagi masa depan anak. Mengapa demikian?

Merusak otak anak

Pada orang dewasa, kurang tidur akan mengakibatkan kerusakan di bagian otak depan yang berfungsi sebagai pusat ingatan. Itulah sebabnya kurang tidur menyebabkan seseorang mudah lupa dan linglung. Namun efek kurang tidur pada anak bahkan lebih parah.

Para peneliti di Departemen Rumah Sakit Universitas Zurich, Swiss, melakukan observasi terhadap 13 anak berusia 5 hingga 12 tahun. Mereka menyimpulkan, anak-anak yang kurang tidur mengalami kerusakan di semua bagian otak, bukan hanya otak bagian depan. Kurang tidur juga menyebabkan kerusakan signifikan pada bagian otak belakang yang berfungsi sebagai pusat pengaturan gerakan, rasio spasial, dan pusat fokus. “Pada anak-anak, proses tidur melibatkan struktur otak, sehingga memengaruhi proses pematangan otak,” jelas Salome Kurth yang menulis hasil studi ini. “Penelitian ini menunjukkan, pada anak-anak tidur dibutuhkan untuk kesehatan bagian otak belakang,” imbuhnya.

Secara bertahap dan seiring bertambahnya usia, semakin sedikit waktu tidur yang dibutuhkan anak. Bayi 0-1 tahun butuh tidur 14-15 jam, yang terdiri dari 8 jam tidur malam dan 6-7 jam tidur siang. Pada batita usia 1-3 tahun, kuantitas tidur siang berkurang menjadi 2-3 jam saja, namun tidur malamnya meningkat menjadi 11 jam. Pada usia prasekolah, 4-6 tahun, anak butuh tidur 10-13 jam plus tidur siang 2 jam. Memasuki usia SD, 7-12 tahun, kebutuhan tidur malam anak berkisar 9-11 jam.

Banyak yang mengira tidur siang tidak lagi menjadi kebutuhan setelah anak beranjak dewasa. Padahal tidur siang yang berkualitas tidak dapat dihilangkan dari pola tidur, karena memegang peranan penting untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh dan otak – tidak hanya pada anak namun juga orang dewasa. Ciri anak yang kurang tidur antara lain mudah terlelap di kendaraan, sulit bangun pagi, dan mudah rewel.

Pola tidur dan potensi obesitas

Tanpa disadari, pola tidur terkait dengan pola makan. Semakin malam tidur, waktu makan malam biasanya bergeser lebih malam. Terjaga hingga malam juga membuat nafsu makan anak di malam hari lebih besar. “Tidur, nafsu makan, dan nutrisi pada tubuh anak memiliki keterkaitan yang dekat secara neurologi, karena semua merupakan dorongan biologis. Kekacauan pada salah satunya dapat memengaruhi yang lain,” tutur Dr. Sangeeta Chakravorty, Direktur Program Tidur Anak-anak di Rumah Sakit Anak Pittsburgh, AS.

Itulah sebabnya selain menjaga kuantitas tidur, mengatur pola waktu tidur teratur anak tak kalah penting. Dalam studi tentang pengaruh pola tidur pada kesehatan anak yang dimuat dalam Journal of Pediatrics, disebutkan bahwa anak-anak sebaiknya tidak tidur lebih dari jam 8 malam.

“Tidur lebih cepat merupakan perlindungan untuk mencegah obesitas pada anak,” ungkap Sarah Anderson, profesor epidemiologi di Universitas Negeri Ohio, AS. “Anak-anak usia prasekolah yang tidur sebelum atau pada jam 8 malam kemungkinannya lebih kecil untuk mengalami obesitas 10 tahun kemudian,” imbuh Anderson.

Pernyataan ini dibuktikan melalui penelitian terhadap 977 anak usia 4-12 tahun. Hasilnya, hanya 10 persen dari anak yang tidur pada jam 8 malam mengalami obesitas di usia 15 tahun. Anak yang tidur antara jam 8-9 malam 16 persen, sedangkan anak yang tidur jam 9 malam atau lebih 23 persennya berpotensi obesitas. Jadi, jika ingin anak Anda tubuh sehat secara fisik dan mental, atur pola tidur anak.

 

Penulis : aura.co.id
Editor: aura.co.id
Berita Terkait