Murid Jadi Korban Pembunuhan SeKeluarga, Sekolah Ini Hentikan Kegiatan Belajar

TEMPO | 15 November 2018 | 16:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Yayasan Pendidikan Kristen Imanuel Viktori di Jalan Bojong Nangka IV, Pondok Melati, Kota Bekasi langsung menghentikan kegiatan belajar mengajar, setelah mendapatkan kabar bahwa dua anak didiknya menjadi korban pembunuhan keji satu keluarga.

Mereka adalah Sarah Boru Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7). Kedua tewas dibantai bersama dengan orang tuanya, Diperum Nainggolan (38), dan Maya Ambarita.

Jenazah sekeluarga ini ditemukan pada Selasa (13/11) pagi di kediamannya Jalan Bojong Nangka II tak jauh dari sekolah.

"Guru-guru tidak kuat menahan haru, semua bersedih, akhirnya pukul 10.00 WIB diputuskan siswa dipulangkan," ujar  Kepala SD Imanuel, Romme Winoka saat ditemui wartawan, Rabu, 14 November 2018.

Ia mengatakan, pihak sekolah mendapatkan kabar keluarga Sarah dan Arya tewas dibantai pukul 09.30 WIB. Kabar datang dari kerabat korban yang anaknya juga menempuh pendidikan di yayasan tempatnya mengabdi. Seketika, suasana sekolah berubah menjadi haru.

"Guru yang mendengar kejadian itu langsung gemetar," kata dia.

Menurut dia, mereka menangis histeris, karena tak menyangka anak didiknya mendapatkan musibah, meninggal dunia tidak wajar karena dibunuh secara keji. Suasanya menjadi tak kondusif karena kabar duka, sehingga kegiuatan belajar mengajar dihentikan, siswa lalu dipulangkan.

"Kami akan ke rumah duka malam ini," kata dia.

Diperum Nainggolan, 38 tahun, Maya Ambarita (37) beserta dua anaknya, beserta dua anaknya Sarah (9), dan Arya (7) ditemukan tewas pada Selasa pagi, 14 November 2018 di kediamannya Jalan Bojong Nangka 2 RT 2 RW 7, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

Nainggolan dan Maya ditemukan di ruang tengah bersimbah darah, dengan luka senjata tajam. Adapun anaknya ditemukan di kamarnya bagian belakang, diduga tewas karena dibekap.

Kapolres Metro Bekasi Kota, Komisaris Besar Indarto menduga motif pembunuhan satu keluarga ini cenderung bukan faktor ekonomi atau perampokan. Namun, berbagai kemungkinan masih dikaji oleh tim gabungan. "Semua motif sedang kami kaji, sementara kecenderungannya bukan ekonomi," kata Indarto.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait