Sindrom Negatif Seorang Manajer: Dari Sinis, Sombong, Sampai Suka Melecehkan (2)

AURA | 8 Oktober 2016 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - 5. Sindrom gegap-gempita

"Marilah kita  mulai bekerja dengan dada yang tegap..." Kata-kata itu sering diucapkan sang manajer. Dia hidup dalam bayangan suksesnya yang dulu. Dengan mengenakan pakaian bagus dan omongan yang enak, serta sikap yang kebapakan atau keibuan, dia merasa akan dihormati. Padahal memegang tampuk kepemimpinan tidak cukup dengan itu. Dan pada akhirnya anak buah akan tahu, bahwa sang bos sebenarnya kurang bisa bekerja.  

PELAJARAN : "Saudara tua" ini sebenarnya tidak membawa anak buahnya kemana-mana. Orang tidak perlu membesarkan dirinya sendiri, sebab anak buah selalu melihat manajer lebih jelas. Lebih baik bekerja yang baik dan getol. 

6. Sindrom pidato-pidato
Yang paling parah, bila seorang bos menunjukkan egonya sekaligus sambil menyembunyikan kesalahannya dengan pidato yang berapi-api. Anehnya pidatonya hanya dari itu ke itu saja. Seperti : "Kita harus bersatu ...... Kita harus sayang pada tetangga ...... Jadi manusia harus sportif......" dan lain-lain. 

Kalau sudah mendengar beberapa kali, anak buah akan hapal dan mulai menyepelekan. Mereka tahu bahwa tidak ada solusi yang akan diambil oleh bos. Hanya pidato doang! Kata-kata yang manis justru tidak dilaksakan sendiri oleh bos.   

PELAJARAN : Cobalah pilih sebuah isu pidato di suatu saat, yaitu bagaimana kemelut yang dihadapi perusahaan akan berakhir, dan bagaimana cara memerangi kemelut itu. Pastilah sindrom itu akan susut.  

7. Sindrom sindir-menyindir
Kaum eksekutif yang ini selalu bersifat sarkastis. Wajahnya sinis, bicaranya menyindir, sikapnya juga menyepelekan orang lain. Orang jadi jengah bila menghadapi dia. Lebih baik tidak berbicara kalau hanya disahuti dengan sinisme. Akhirnya tidak ada yang bisa akrab dengan dia, menjadi orang yang seakan menyendiri. 

PELAJARAN : Cobalah serius bila mengurai sebuah persoalan, pandanglah segalanya dengan netral. Memang lontaran sinisme sering membuat sebuah rapat jadi lebih bersemangat, karena akan ada pertentangan. Tetapi sinisme yang terus menerus atau terlalu keras, akan membuat orang benci. Hindari itu.

8. Sindrom loncat-loncat
Dalam menangani berbagai persoalan, bos ini lebih suka meloncat-loncat seperti belalang. Menangani yang satu belum beres sudah pindah ke persoalan lain, lalu ke yang lain lagi. Agenda jadi berantakan atau malahan tidak ada agenda sama sekali. 

Susahnya anak buah terpaksa mengikuti gayanya, jadi pekerjaan tidak ada yang beres. Serba separo-separo. Lama-lama yang selesai yang disukai si-bos doang, lainnya tidak. Bisa diharapkan manajemen yang begini menuju kebangkrutan. 

PELAJARAN :  Sebaiknya serius dalam menangani satu hal, sampai selesai. Baru menengok pekerjaaan lain. Demikian juga staf harus seperti itu, tuntas sampai akhir yang sukses.

9. Sindrom leceh-melecehkan
Bos yang ini menimbulkan rasa takut bawahan. Sikapnya pada sesama bos juga sangat keras, seolah-olah ingin membuldoser saja. Dia ini seperti orang yang suka makan orang. Bawahan hormat pada dia hanya di depan dia, di belakang meremehkan, marah dan mengumpat-umpat. Bos sendiri juga meremehkan bawahannya, lalu siapa yang dihormati? Mungkin seorang tokoh yang tidak ada. 

PELAJARAN : Ada batas dalam melecehkan seseorang. Harus ada keseimbangan antara melecehkan dan menghargai, baru akan ada hasilnya. Dapat juga bila luarnya bersikap melecehkan, di dalam hati menghargai. Paling sedikit mengerti.  

10. Sindrom berhindar-hindar
Pada hakekatnya bos macam ini suka menghindar dari tanggung jawab. Biarlah persoalan berkembang, siapa tahu waktu akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Kalau anak buah minta nasehat, ia hanya berkutat, tidak tegas sikapnya. Sehingga kalau persoalan selesai dan gagal, bos tidak ikut bertanggung jawab. Sikap ini sebenarnya mematikan inisiatif anak buah. Segala pemikiran berkembang ke arah tidak bertanggung jawab. 

PELAJARAN : Bos begini perlu belajar kebijaksanaan dari diri sendiri. Jangan pemikiran negatif dilanjut-lanjutkan. Belajarlah dari anak buah, bagaimana memikul tanggung jawab.  

 

AURA.CO.ID

 

Penulis : AURA
Editor: AURA
Berita Terkait