Budi Waseso Soal Serapan Beras Bulog: Jangan Ngarang Kalau Tak Tahu

TEMPO | 25 September 2018 | 03:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Dirut Bulog Budi Waseso membantah tudingan penyerapan beras dalam negeri yang mampu dilakukan pihaknya hanya sekitar 800 ribu ton. Dalam hitungannya, Bulog telah menyerap beras dalam negeri sebanyak 1,4 juta ton atau 52,2 persen dari target sebesar 2,72 juta ton pada akhir 2018.

"Jadi jangan bicara data saya salah. Sekarang penyerapan beras 1,4 juta, bukan 800 ribu," kata Budi Waseso dalam diskusi soal ketahanan pangan di Menara Kadin, Jakarta, Senin, 24 September 2018. "Jadi jangan ngarang-ngarang, kalau tidak tahu. Itu mengacau."

Budi Waseso menyampaikan itu di antaranya menanggapi tudingan dari Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santoso, yang mengatakan serapan Bulog saat ini sangat rendah. “Soal serapan dalam negeri oleh Bulog, kalau betul pernyataan bahwa sudah menyerap 1 juta ton beras dalam negeri, ini jauh lebih rendah dibanding target 2,7 juta ton. Pasca-September ini tak ada lagi, sangat kecil,” ujarnya, Rabu pekan lalu.

Kecilnya serapan ini, kata Dwi, tak melulu kesalahan Bulog. Masalah suprastruktur, yakni Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, yang menyebut harga pembelian pemerintah gabah kering panen sebesar Rp 3.700, dinilai rendah. “Mana ada di wilayah ini yang sampai harga segitu di Indonesia?” katanya. Selain kecilnya serapan, kata Dwi, penyaluran beras melalui operasi pasar (OP) juga tak efektif. “Faktor ini penyebab penuhnya gudang beras Bulog,” ujarnya.

Budi Waseso menjelaskan saat ini negara belum memiliki neraca beras yang memaparkan data-data produksi dan kebutuhan konsumsi beras Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap ke seluruh pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yang dimaksud meliputi Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), bahkan Perum Bulog sendiri berkoordinasi dan menghilangkan ego sektoral guna kelengkapan data pertanian. "Saya akan membantu data-data dari Bulog begini, Kementerian Pertanian begini, seperti apa kita satukan. Dari catatan BPS seperti apa, sehingga kita punya catatan neraca beras yang pasti," kata Budi Waseso.

Saat ini Bulog menyatakan stok cadangan beras di gudang mencapai 2,4 juta ton. Jumlah ini dinilai mencukupi bahkan untuk kebutuhan pangan pada Tahun Politik 2019, sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor beras. Jumlah tersebut belum termasuk beras impor yang akan masuk pada Oktober sebesar 400 ribu ton sehingga total stoknya menjadi 2,8 juta ton atau 2,7 juta ton jika dikurangi dengan kebutuhan beras sejahtera (Rastra) 100 ribu ton. 

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait