Pernah Dirusak Kaum Revolusioner, Katedral Notre Dame Dipakai Penobatan Napoleon

TEMPO | 16 April 2019 | 16:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Katedral Notre-Dame, yang menjadi salah satu ikon Kota Paris, terbakar, Senin, 15 April 2019. Belum diketahui penyebab kebakaran, tapi diduga terkait dengan pekerjaan renovasi yang sedang berlangsung di bangunan abad ke-12 itu.

Belum diketahui seberapa parah kerusakan yang ditimbulkan kebakaran ini. Kemungkinan bagian atap utama dan kaca-kaca patri yang sangat indah bakal lenyap. "Suhu dalam (kebakaran) ini mungkin mencapai hampir 930 hingga 1.037 derajat Celcius," kata Venkatesh Kodur, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Michigan State University dan seorang ahli kebakaran struktur. Kaca biasanya hancur dalam suhu 650 derajat C, kata Kodur.

Ini bukan pertama kalinya katedral Notre Dame mengalami kesulitan, seperti dilaporkan laman Livescience. Katedral ini selesai dibangun pada tahun 1345, hasil akhir dari proyek konstruksi besar yang dimulai pada tahun 1163. Sebelum Notre Dame dibangun, di lokasi di dekat Sungai Seine sudah berdiri gereja Saint-Étienne, yang telah berumur 400 tahun. Ketika Maurice de Sully terpilih menjadi uskup Paris pada 1160, ia mengusulkan pembongkaran Saint-Étienne dan membangun sebuah katedral baru yang didedikasikan untuk Perawan Maria.

Pembangunan ni adalah proyek besar, karena menyebabkan perencanaan kota baru untuk seluruh area. Setelah masa pembangunan yang panjang, Notre-Dame sempat mengalami masa pasang surut. Pada abad ke-17, menurut National Geographic, pemerintahan Louis XIV membawa perubahan yang mengerikan ke katedral. Jendela kaca patri asli diganti dengan kaca biasa, sebuah pilar di pintu utama dihancurkan untuk memperluas jalan sehingga kereta bisa melewatinya.

Saat Revolusi Perancis bahkan lebih dahsyat. Menurut sejarah resmi katedral, kaum revolusioner merobohkan 28 patung raja di Notre Dame, digerakkan oleh semangat anti-monarkis. Juga menghancurkan banyak patung lain dengan pengecualian pada Perawan Maria. Mereka merobohkan menara asli gereja, yang didirikan pada abad ke-13. Kaum revolusioner bahkan mengganti nama Notre Dame menjadi kuil, sebelum menjadikannya sebagai gudang anggur.

Sebuah perjanjian yang disebut Concordat tahun 1801, setelah revolusi, mengembalikan Notre Dame sebagai Gereja Katolik. Napoleon Bonaparte, jenderal Perancis dan kemudian menjadi kaisar, memilih katedral yang rusak sebagai tempat penobatannya pada 1804. Pendukung Napolen memasang kain menutup arsitektur Gothic Notre Dame untuk membuatnya terlihat seperti kuil Yunani. Sejak saat itu, bangunan digunakan untuk upacara kekaisaran, tetapi tetap berantakan sampai gerakan Romantic tahun 1800-an.

Sebuah novel terkenal Victor Hugo The Hunchback of Notre-Dame yang diterbitkan pada tahun 1831, membangkitkan minat pada bangunan yang runtuh di tengah kota Paris itu. Dengan dukungan pejabat kota dan publik, arsitek Eugene-Emmanuel Viollet-le-Duc meluncurkan proyek renovasi besar-besaran untuk menyelamatkan katedral pada tahun 1843. Itu adalah proyek 20 tahun yang menciptakan Notre Dame seperti yang terlihat sebelum kebakaran hari ini: puncak menara diganti dan ditanbahkan sejumlah lukisan mural baru. Menurut situs web resmi katedral, renovasi juga mencakup pembangunan sakristi baru, tempat para imam mempersiapkan diri untuk kebaktian, dan rekonstruksi organ katedral.  

Dalam kurun waktu 150 tahun berikutnya, katedral mengalami sejumlah renovasi, termasuk pemulihan kaca patri di bagian tengah dan upaya satu dekade untuk membersihkan sisi barat bangunan. Tahun lalu, Friends of Notre-Dame of Paris Foundation meluncurkan upaya penggalangan dana besar di Amerika Serikat untuk mendanai perbaikan katedral. Menurut CBS News, polusi dan pelapukan selama bertahun-tahun telah merusak fasad dan penopang. Pemerintah Prancis menyediakan $ 50 juta untuk renovasi, tetapi Keuskupan Agung Paris memperkirakan total biaya akan mencapai $ 185 juta.

Menurut Kodur, kemungkinan besar dinding batu katedral tidak roboh akibat kebakaran, namun bisa jadi terdampak panas api dan juga semprotan air pemadam kebakaran. Atap yang terbuat dari kayu, ditambah tirai dan dekorasi yang mudah terbakar, membuat kebakaran cepat membesar. Meski banyak benda bersejarah lenyap, lebih dari selusin patung  dan bagian atas bangunan, sudah diangkut dengan crane pada 11 April lalu berkaitan dengan pelaksanaan renovasi.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait