Najwa Shihab Dukung Konser Penggalangan Dana Omah Munir

TEMPO | 6 Desember 2017 | 10:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Najwa Shihab jadi pemandu konser penggalangan dana revitalisasi Museum Hak Asasi Manusia Omah Munir yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Selasa (5/12) malam kemarin. Kegiatan yang digagas oleh Perkumpulan Omah Munir itu bertujuan mengundang partisipasi publik dalam membangun ulang bangunan Museum HAM Omah Munir.

Acara dimulai pukul 19.00 WIB. Beberapa penyanyi yang jadi penampil adalah Glenn Fredly, Tompi, Dira Sugandi, serta musikus jazz Idang Rasjidi. Tak seperti biasa, para bintang ini menyanyi berdasarkan permintaan penonton dengan sistem lelang. Sepanjang pertunjukan, harga terendah yang ditawar penonton untuk satu lagu adalah Rp 2 juta. Sementara itu, harga lagu tertinggi adalah Rp 20 juta.

Total uang yang diperoleh dari penggalangan dana itu adalah Rp 900 juta. Seluruh saweran itu diserahkan untuk pembangunan museum

Najwa Shihab mengungkapkan alasannya mendukung acara tersebut. Menurut dia, kehadiran Omah Munir sangat penting untuk mengajari generasi muda mengenai hak asasi manusia. "Sudah saatnya yang muda menyalakan pemahaman," kata dia.

Omah Munir, yang didirikan pada 8 Desember 2013, didedikasikan sebagai memorabilia perjalanan penegakan HAM di Indonesia. Museum itu dibangun di rumah (almarhum) Munir Said Thalib, aktivis pembela HAM yang meninggal dalam penerbangan rute Jakarta-Amsterdam pada 9 September 2004.

Bangunan seluas 200 meter persegi itu rencananya diperluas hingga 400 meter persegi dan menjadi dua tingkat. Selain memperluas gedung, hasil penggalangan dana akan digunakan untuk membangun perpustakaan yang bisa dimanfaatkan untuk penelitian, pembuatan kurikulum hak asasi manusia untuk anak SD dan SMP, serta membangun ruang berdiskusi.

Anggota Badan Pengurus Perkumpulan Omah Munir, Mufti Makaarim menjelaskan bahwa rekaman perjalanan penegakan HAM di Indonesia yang disajikan di Museum HAM Omah Munir tak hanya menampilkan perjuangan dan pembelaan Munir atas berbagai pelanggaran HAM yang terjadi, tapi juga menjelaskan berbagai upaya serta tantangan penegakan HAM yang dihadapi para survivor, keluarga korban, aktivis, maupun organisasi sampai dengan saat ini.

"Museum ini bisa menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan HAM," kata Mufti.

Menurut dia, saat ini kondisi fisik museum masih belum teratur. Barang-barang yang tersimpan di dalamnya masih bercampur menjadi satu. Di dalam rumah itu terdapat berbagai barang peninggalan, seperti foto-foto Munir, sepatu, rompi anti-peluru, jaket kulit, dan buku. Poster tentang orang hilang korban pelanggaran HAM juga memenuhi sudut ruangan.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait