[EKSKLUSIF] Aliando Menjadi Tulang Punggung Keluarga Sejak Remaja

Indra Kurniawan | 29 Juni 2014 | 02:02 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Lahir dan besar di keluarga sederhana, sejak usia dua tahun Aliando harus menerima kenyataan pahit akibat perpisahan orangtuanya, Syarief Alkhatiri-Tengku Resi Refado. 

Menyakitkan, terlebih semenjak cerai, Ali jarang bertemu dengan abahnya, yang meninggal tahun 2005. Ali saat itu duduk di bangku kelas 3 SD.

"Abah meninggal gara-gara rokok. Karena itu, aku enggak merokok," tegasnya.

Ditinggal ayahnya, Ali merasa kehilangan sosok panutan.

"Apalagi suara dan kata-katanya bikin kangen. Abah selalu mengajari saya untuk berjuang demi keluarga," ungkapnya. 
    
Menjadi tulang punggung keluarga sejak usia remaja sampai sekarang, bukan beban untuknya. Dia justru senang dan bangga. Keinginannya untuk membahagiakan keluarga mengalahkan hal lainnya. 

"Saya berjuang buat keluarga, bukan buat kesenangan sendiri. Saya akan membahagiakan keluarga yang sudah menaikkan (karier) saya jadi seperti sekarang. Karena keluarga, saya bisa sampai kayak sekarang. Sudah, mereka enggak usah memikirkan saya. Biar saya saja yang memikirkan mereka," tutur Ali yang sangat menyayangi keluarganya. 
    
Di rumah, Ali sangat dekat dan sangat manja dengan neneknya, Erni Tanjung, yang dipanggilnya Mami. Curhat apa pun selalu dengan neneknya.

"Dengan Ibu dekat, tapi enggak sedekat dengan nenek. Dari kecil saya tinggal dengan nenek. Dia sosok pahlawan buat saya. Salah satu yang hal positif yang dicontoh dari nenek, setelah kakek meninggal, dia tetap bisa membangun 'tiang' di rumah. Dia tidak jatuh, tapi berkomitmen untuk menaikkan (taraf hidup) kami semua," terang Ali. 
    
(ind/adm)

Penulis : Indra Kurniawan
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait