Anisa Rahma: Beban Itu Sekarang Sudah Lepas

Indra Kurniawan | 14 Agustus 2017 | 10:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bahagia sekaligus sedih dirasakan Anisa Rahma (26) ketika dinyatakan lulus kuliah setelah 7 tahun menimba ilmu teknik arsitektur di Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung. Ayahnya, Ir. Adi Nurjaya Sastrawinata, tidak bisa menyaksikan wisudanya Oktober mendatang.

Di puncak karier bersama Cherrybelle 4 tahun silam, Anisa keluar dengan alasan ingin menyelesaikan kuliah. Di tengah kuliahnya, ia menyempatkan membangun karier solo—karena waktunya fleksibel. Tahun ini setelah menuntaskan pengerjaan skripsi Penerapan Tema Modern Kontemporer pada Bangunan Museum Otomotif Jawa Barat dalam waktu 5 bulan, ia memperoleh gelar sarjananya. 

“Banyak tawaran pekerjaan aku tolak. Dosenku minta kepada Mama agar aku enggak diganggu kegiatan-kegiatan di Jakarta,” ungkap Anisa Rahma.

"Kalau tahun ini enggak selesai, aku harus keluar atau ikut ujian saringan masuk lagi.” 

Dalam 5 bulan itu, jangankan pekerjaan, ajakan teman menonton dan makan sering ia tolak. Ia keluar untuk keperluan kuliah saja.

“Tugas yang harus dikumpulkan banyak banget sedangkan cuma dikasih waktu 5 bulan. Aku harus begadang sampai tengah malam. Tiap hari, termasuk Sabtu dan Minggu. Tugasku membuat maket, gambar kerja, portofolio, laporan, video. Lalu sidang berlangsung 4 kali. Lumayan bikin stres," beber Anisa Rahma, yang meredakan stres dengan mengudap.   

Ia tidak menyesal menolak tawaran pekerjaan. "Akhirnya aku bisa memenuhi amanat Papa untuk lulus kuliah. Beban itu sekarang sudah lepas," tutur Anisa.

Kelulusan ini didedikasikan kepada ayahnya tercinta, yang meninggal dunia 8 Maret lalu usai ibadah umrah bersamanya dan ibunya.

“Kalau aku mengerjakan tugas sampai tengah malam, Papa ikut enggak tidur,” cerita perempuan yang berulang tahun setiap 12 Oktober ini.

“Aku yakin Papa sudah membayangkan kelulusanku karena sebelum pergi, Papa tahu aku sudah menjalani sidang pertama dan sidang kedua.”

Anisa tidak merasakan firasat akan kepergian papanya. Selama umrah, ayahnya tampak sehat.

“Papa sehat banget, kuat menjalani ibadah. Di Madinah kami satu kamar. Papa berdoa di Jabal Rahmah bersama kami. Papa minta jodoh yang terbaik dan diridai Allah buat anak yang ke-3 dan anak ke-4. Juga mendoakanku lulus kuliah,” ungkap Anisa Rahma.

Dalam perjalanan pulang, di pesawat ayahnya demam tinggi hingga menggigil dan tidak bisa bangun. Setiba di Tanah Air, ayahnya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Salamun, Bandung. Selang 3 hari, sang ayah yang dinyatakan terserang radang paru-paru mengembuskan napas terakhir di hadapan istri dan 2 putrinya, termasuk Anisa Rahma. 

“Papa meninggal setelah aku mengusap air zamzam di wajah dan kepalanya. Padahal waktu aku mengusap air zamzam, aku dan Papa masih mengobrol. Papa minta teh lalu aku buatkan teh kesukaan Papa. Katanya kurang manis lalu ditambahi gula. Setelah itu, Papa minum obat dan aku mengganti diapernya,” cerita Anisa Rahma.

Anisa Rahma bersyukur berada di sisi ayahnya saat menghadapi sakaratul maut. 

 

(ind / gur)

 

Penulis : Indra Kurniawan
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait