Wawancara Posan Tobing: Di Balik Pergantian Nama Band dari The Winner Menjadi Omega

Wayan Diananto | 13 November 2016 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Mantan dramer Kotak ini kembali menggebrak panggung Hard Rock Cafe Jakarta pekan ini. Tidak sekadar naik panggung, sore itu Posan Tobing (45) memperkenalkan “mainan” barunya untuk mewarnai industi musik domestik. Posan tampil bersama Leon (gitar), Ace (bas), dan vokalis cantik berkarakter kuat, Yaya Fara. 

Rupanya, Yaya Fara mantan murid Ahmad Dhani. Ia pernah bergabung dengan Dewi Dewi dan merilis beberapa single. Kepada tabloidbintang.com, Posan berbagi cerita terkait babak baru dalam hidupnya bersama Omega. Selamat menyimak.

Mengapa harus ganti nama menjadi Omega?

Perjalanan The Winner selama tujuh tahun saya pikir sudah cukup. Semenjak saya hengkang dari Kotak sampai sekarang, perjalanan saya dalam bermusik memang enggak mudah. Pergantian nama band ini bukan kebetulan. lo. Kami ingin ganti nama untuk mendapat suasana bermusik yang lebih segar. Omega diperkuat wajah-wajah baru rasa lama. Sebelumnya, kami merilis single “Cinta Kamu” dengan formasi ini. Kemudian kami ganti nama dan melepas single baru “Cinta Pertama”.

Ada makna dan harapan tertentu di balik nama Omega?

Omega huruf terakhir dalam alfabet Yunani. Artinya kejayaan, besar, dan dilihat orang. Ada harapan bahwa di bawah payung Omega kami bisa membuat lagu-lagu yang berdampak besar di industri, dilihat, dan didengar orang. Dengan begitu kami dapat mencapai puncak kejayaan karier.

Pergantian nama band ini gagasan Anda sendiri?

Oh tidak. Saya bukan pemegang kekuasaan tunggal dalam band ini. Masing-masing personel punya ide nama band. Lalu setelah melewati serangkaian diskusi terpilihlah nama Omega ini. Lalu, saya meriset adakah band yang saat ini memiliki nama Omega. (Setelah dicek dan tidak ada), kami mengurus hak patennya dan terjadilah kami kini punya nama Omega.

Bagaimana ceritanya bertemu dengan Yaya?

Saat vokalis kami sebelumnya keluar, saya langsung melirik dia. Kali pertama saya melihat aksi panggungnya diberi tahu Mak Vera, Olga Syahputra, dan kawan-kawan. Namun, saat itu Yaya kadung mengikuti ajang pencarian bakat The X Factor Indonesia. Ia terhenti di babak 20 besar lalu bergabung dengan Republik Cinta Manajemen (RCM). Begitu kontrak kerjanya dengan RCM sudah selesai saya menghubungi dan menjajaki kemungkinan ia bergabung dengan Omega.

Untuk Yaya, Anda pernah bergabung dengan Manajemen Ahmad Dhani?

Ceritanya begini, setelah terhenti di babak 20 besar The X Factor Indonesia, saya ikut audisi Dewi Dewi. Saya diterima dan resmi bergabung dengan Dewi Dewi tahun 2013. Saya menjalani kontrak kerja dengan Dewi Dewi selama 2,5 tahun. Kami sempat merilis single baru “Jauh Semakin Jauh” dan menyanyikan kembali beberapa hit besar Dewa 19 salah satunya, “Cukup Siti Nurbaya”. Ada banyak pengalaman keren bersama Dewi Dewi. Namun setiap perjalanan tentu ada akhirnya. Kemudian saya bergabung dengan Posan Tobing di band ini. Saya menanggalkan gaya Dewi Dewi dan kembali menjadi anak band. Menyenangkan.

Berubah nama apakah berubah genre musiknya?

Konsep maupun aransemen musik band ini mengalir begitu saja. Kami menulis lagu sesuai suasana hati yang saat itu sedang kami rasakan. Namun, benang merah musik kami adalah rock.

Pertemuan dengan Leon dan Ace bagaimana ceritanya?

Kebersamaan saya dan Leon dan Ace sebenarnya sudah lama. Sebelum bergabung dengan Kotak dulu, saya mendirikan band bersama Leon. Dia teman lama, “cinta pertama” saya, hahaha! Ketika saya bergabung dengan Kotak, Leon sibuk dengan band dan beberapa proyek musik. Dasar jodoh, saat saya hengkang dari Kotak, dia pun sedang senggang. Makanya, saya ajak dia bergabung di The Winner. Sementara Ace teman sejak saya pakai seragam putih abu-abu.

Lagu “Cinta Pertama” ini bercerita soal apa, sih?

Sebenarnya lagu “Cinta Kamu” dan “Cinta Pertama” adalah dua cerita yang berkaitan. Lagu “Cinta Kamu” mengisahkan tentang seseorang yang sudah punya pacar namun masih teringat cinta pertamanya. Itu kentara lewat lirik: Maafkan aku cinta kamu, namun hatiku masih bersamanya. Di lagu “Cinta Pertama”, diceritakan lebih detail tentang kerinduan kepada cinta pertama.

Curhat, nih?

Memang harus diakui bahwa cinta pertama selalu berkesan, bukan? Setiap orang pasti punya cinta pertama. Perkara setelah itu putus atau sekalinya jatuh cinta kemudian menikah dan langgeng itu nasib masing-masing. Bertahun-tahun berlalu, selalu menyenangkan membahas masa-masa jatuh cinta untuk kali pertama. Kisah seperti ini tentu dialami banyak orang. Diharapkan banyak orang terkoneksi dengan lagu terbaru kami ini.

Pertanyaan iseng: Kenapa merilis single baru di pengujung tahun?

Nah, pertanyaan seperti ini yang bikin saya bingung. Pertanyaan ini terdengar sama dengan: kenapa sih Anda memperkenalkan single baru kan sebentar lagi Lebaran? Atau kenapa sih merilis single padahal band besar ini dan band besar itu baru saja melepas album? Atau Anda kebelet pipis namun teman Anda balik bertanya: Kenapa sih, pipisnya tidak nanti saja pas sudah nyampai tujuan? Pada dasarnya, kami seniman. Karya apa pun yang dihasilkan sebaiknya segera dirilis. Kami kurang percaya pada timing. Menurut kami karya bagus mau dirilis kapan saja pasti akan diapresiasi bagus. Ada teman yang bilang: ini sudah bukan masanya bikin band. Menurut saya itu salah karena kami selalu ada untuk meramaikan industri musik Indonesia. Lagu bagus, siapa pun yang menyanyikan entah band, boyband, atau solois pasti akan kena di hati khalayak.

(wyn/yb)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait