Tradisi Unik dan Makanan Khas Ramadhan di 6 Negara

Rizki Adis Abeba | 27 Mei 2017 | 04:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bulan Ramadhan di Indonesia diisi dengan berbagai kegiatan yang sudah menjadi tradisi seperti acara buka puasa bersama, sahur on the road, memasang petasan, hingga takbir keliling saat malam menjelang Lebaran.

Tradisi Ramadhan juga tak lepas dari berbagai hidangan khas untuk berbuka puasa. Hampir setiap daerah di Indonesia punya penganan khas yang hanya muncul setiap Ramadhan, seperti kolak biji salak dari Jakarta, kicak dari Yogyakarta, jejongkong dari Lampung, atau bubur kampiun dari Minangkabau.

Tidak hanya di Indonesia, negara lain ternyata juga memiliki tradisi dan kuliner khas Ramadhan. Beberapa di antaranya mirip dengan di Indonesia, lo!

Mesir: Lentera Ramadhan

Masyarakat Mesir biasa menjalani tradisi Fanous atau menyalakan lentera berwarna-warni sebagai dekorasi rumah dan jalan menjelang dan selama Ramadhan berlangsung. Tradisi ini dimulai pada tahun 969, ketika itu masyarakat Mesir menyalakan ratusan lentera untuk menyambut kedatangan Khalifah Moezz Eddin Allah di Kairo. Untuk tradisi makanan, berbuka puasa di Mesir biasanya diawali dengan mengonsumsi kacang-kacangan yang sifatnya ringan dan baik untuk pencernaan. Untuk minuman, qamar al deen, minuman yang terbuat dari buah aprikot kering yang dimasak lalu diambil sarinya, menjadi pilihan utama saat berbuka. 

Turki: Menabuh drum

Mirip dengan tradisi membangunkan sahur di Indonesia, para pemuda Turki biasa mengenakan busana khas Ottoman lalu menabuh drum di jalanan  pada dini hari demi membangunkan masyarakat untuk makan sahur. Hampir setiap kota di Turki punya makanan khas berbuka puasa, namun pide atau roti pita menjadi makanan yang paling dicari di Turki selama Ramadhan.

Maladewa: Puisi Ramadhan

Penduduk Maladewa biasa menyambut Ramadhan atau dalam bahasa lokal disebut dengan Roadha Mas dengan penuh antusias. Karena negaranya berbentuk kepulauan dengan hasil laut berlimpah, makanan khas selama Ramadhan berupa kue ikan atau bakso ikan. Yang unik, ada tradisi membacakan puisi setelah selesai berbuka puasa. Puisi yang dibacakan biasanya adalah puisi tradisional yang terdiri dari tiga baris atau lebih, isinya berkaitan dengan Ramadhan.

Aljazair: Terjaga sepanjang malam

Karena berpuasa di siang hari, penduduk Aljazair memilih malam hari untuk melakukan berbagai kegiatan selama Ramadhan. Pasar-pasar dibuka pada malam hingga menjelang subuh dan berbagai kegiatan juga dilakukan di malam hari. Mereka juga menggelar festival keagamaan pada malam hari sesudah ibadah tarawih hingga menjelang waktu sahur. Karena alasan ini, penduduk Aljazair biasa memulai kerja dan kegiatan lainnya pada siang atau sore hari keesokan harinya. Untuk berbuka puasa, penduduk Aljazair biasa mendahului dengan kurma, air putih, jus, atau susu. Sedangkan menu makanan berat mengutamakan sup yang disebut chourba untuk menggantikan cairan tubuh selama puasa.

Pakistan: Buka puasa bersama

Seperti halnya di Indonesia, berbuka puasa bersama juga menjadi tradisi yang dijalani orang Pakistan. Masyarakat Pakistan senang berbuka puasa dengan makanan yang digoreng. Menjelang waktu berbuka puasa, mereka akan segera pulang ke rumah dan menyiapkan gorengan khas Pakistan seperti samosa, pakoras, dan chaat yang biasanya diberi bumbu pedas. Mirip dengan orang Indonesia yang senang mengonsumsi gorengan dan sambal ketika berbuka puasa, ya?

Maroko: Membersihkan rumah

Persiapan menyambut Ramadhan di Maroko dilakukan sejak dua atau tiga minggu sebelumnya. Orang-orang akan membersihkan rumah, peralatan dapur, dan mengecat rumah mereka agar terlihat bersih dan baru. Mereka juga mulai mengundang teman-teman dan kerabat untuk berpesta dan menyemarakkan suasana Ramadhan sejak jauh-jauh hari. Masyarakat Maroko tidak bisa lepas dari sup harira selama Ramadhan. Hidangan ini berupa sup berwarna cokelat yang terbuat dari kacang-kacangan, buncis, nasi, dan daging.

 

(riz/gur)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait