Anak Bertanya Soal Terorisme, Cara Menjelaskan Tanpa Menakut-Nakuti (2)

Rizki Adis Abeba | 16 Maret 2019 | 15:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ketika kabar teror seperti terjadi di Selandia Baru kemarin menjadi berita utama di hampir semua media dan menjadi pembicaraan banyak orang, besar kemungkinan bahwa anak-anak Anda juga akan mendengar sesuatu tentang terorisme. Anak-anak, dengan naluri keingintahuannya yang besar, kemungkinan besar akan bertanya pada Anda, “Terorisme itu apa?” Bagaimana cara menjawab dan menjelaskan soal terorisme pada anak-anak?

“Kita semua mencari cara untuk menjelaskan sesuatu yang terasa tidak mungkin dijelaskan –karena kita tidak begitu memahaminya,” kata Susan Stiffelman, terapis perkawinan dan keluarga, psikoterapis berlisensi, sekaligus penulis buku-buku parenting asal California, AS. Orang tua umumnya tidak mengharapkan obrolan tentang aksi terorisme dengan anak-anak yang masih polos. Namun jika anak bertanya, maka orang tua tidak boleh mengabaikan agar anak mendapatkan informasi yang benar dan tidak menyimpang. Bagaimana caranya?

4. Hindari Penjelasan Soal Agama, Politik, dan Topik Berat Lain

Penjelasan yang mengait-ngaitkan soal agama, politik, suku, dan lain sangat tidak relevan dengan pemikiran anak-anak, kecuali Anda menjelaskan kepada anak yang mulai beranjak remaja. “Anak-anak bersifat sangat egosentris dan mereka hanya ingin tahu bahwa mereka baik-baik saja dan orang-orang di sekitar mereka pun demikian,” bilang Susan Stiffelman. “Pada dasarnya, minimalisir (topik soal agama dan politik). Tekankan bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ada orang yang terluka dan terbunuh, namun masih ada orang-orang yang peduli pada mereka dan kita dalam kondisi yang sangat aman. Itulah pesan utama yang harus Anda sampaikan,” lanjut Susan Stiffelman.

5. Dorong Mereka Mengekspresikan Perasaannya

Ini juga saatnya Anda melatih anak untuk berempati. Biarkan mereka mengekspresikan apa yang mereka rasakan ketika mendengar perihal terorisme ini. Bantu anak memahami perasaan mereka. Tanyakan apakah anak merasa sedih, marah, atau takut saat mendengar kabar itu. “Yang kita coba lakukan adalah membantu anak untuk mengatasi dan memahami apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan pada saat itu. Namun sebenarnya kita juga bisa mengajarkan mereka strategi mengatasi (situasi emosional) yang bisa berguna seumur hidup,” kata Denise Daniels. “Anak-anak kecil harus mengenal kosakata untuk menyebut apa yang mereka rasakan,” imbuhnya.

6. Buat Mereka Merasa Tenang

Terkadang anak mungkin akan mengekspresikan kekhawatiran mereka lewat pertanyaan seperti, “Apakah aku akan baik-baik saja?”, “Mengapa orang-orang itu melakukan hal seburuk itu?”, “Apakah hal itu juga bisa terjadi di sini?” Wajar jika anak merasa marah, sedih, dan takut saat mendengar soal terorisme. Namun Anda harus memastikan bahwa mereka tetap merasa aman dan nyaman bersama Anda sehingga tidak muncul perasaan trauma. Anda bisa menekankan pada anak bahwa meski di dunia ini ada orang-orang jahat, namun masih banyak orang baik, dan kita harus menjadi salah satu dari orang baik di dunia. 

7. Tunjukkan Pula Sikap Tenang

Ketika Anda menginginkan anak tetap bersikap tenang dan tidak menjadi trauma setelah mendengar berita dan penjelasan soal terorisme, Anda sendiri juga harus menunjukkan sikap yang tenang. “Anak-anak kita akan mengamati kita dengan sangat berhati-hati untuk menentukan bagaimana seharusnya perasaan mereka tentang hal ini (terorisme),” kata Susan Stiffelman. “Karena terorisme adalah ide yang abstrak, anak-anak kecil biasanya akan terpengaruh dengan apa yang kita lakukan dan ekspresikan,” tandas Susan Stiffelman. 

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait