Driver Go-Jek Mangkal Bikin Macet? Begini Pimpinan Go-Jek Merespon

TEMPO | 8 Maret 2019 | 21:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Go-Jek Indonesia terus mencari solusi bersama sejumlah pihak perihal kemacetan yang disebabkan driver alias pengemudi mereka di beberapa titik di pinggir jalan. Kemacetan timbul karena pengemudi Go-Jek mangkal di pintu-pintu stasiun atau pusat keramaian ketika menunggu penumpang, sehingga memakan sebagian bahu jalan.

"Kami akan koordinasi terus, supaya tidak mengganggu lalu lintas," kata Senior Manager Corporate Affairs, Alvita Chen, saat ditemui usai peluncuran program cicilan sembako bagi mitra pengemudi di Kantor Go-Jek Indonesia, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, Rabu, 6 Maret 2019.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai kondisi pintu masuk dan keluar stasiun Kereta Commuter Line Jabodetabek saat ini sangat berantakan karena ojek online yang bergerombol. Dia meminta operator aplikasi ojek online segera berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia atau KAI terkait masalah ini.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga telah meminta kepada para pengemudi ojek online yang sering mangkal di kawasan Sudirman-Thamrin dan kawasan perkantoran lain untuk menghilangkan kebiasaan itu. "Pemilik usaha ojek online juga mulai pikirkan tempat untuk transit dan penjemputan. Kalau mangkal seperti ini terus akan menimbulkan masalah," ujar Anies di Jakarta, Minggu, 22 Juli 2018.

Titik kemacetan akibat kebiasaan mangkal pengemudi ojek online ini tetap terjadi. Salah satunya di Jalan Palmerah Timur, di depan Stasiun Palmerah. Di sana, beberapa pengemudi ojek online mangkal di pinggir jalan di bawah jembatan turun dan naik ke stasiun. Kondisi ini menyumbang kemacetan di jalan tersebut ketika pagi dan sore hari.

Upaya mengurangi kemacetan tersebut, menurut Alvita, bukan hanya tugas dari Go-Jek, namun juga tugas dari sejumlah instansi terkait. Dalam hal ini seperti PT KAI dan Go-Jek telah terus berkoordinasi dengan perusahaan pelat merah tersebut. Sebab, katanya, Go-Jek ke depan memang diarahkan akan menjadi feeder alias pengumpan dari transportasi publik yang ada di Indonesia. Alvita belum bisa mengkonfirmasi sejauh mana koordinasi Go-Jek dengan PT KAI. Upaya lain sebenarnya telah dilakukan Go-Jek dengan mendirian beberapa lokasi transit atau shelter di beberapa tempat keramaian. "Tapi shelter saja kan tidak cukup (mengatasi kemacetan)," ujarnya

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait