Petugas Medis Sempat Optimistis Sebelum Choirul Huda Akhirnya Meninggal

TEMPO | 23 Oktober 2017 | 17:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda meninggal dunia, Minggu, 15 Oktober 2017, usai terlibat benturan dengan rekan setim, Ramon Rodrigues, saat Persela melawan Semen Padang FC.

Huda yang saat itu berusaha melakukan penyelamatan berbenturan dengan rekannya dan satu pemain lawan. Ia lalu tampak merintih kesakitan, meringkuk, sembari memegangi rahang sebelah kiri dan dadanya.

Tim dokter RSUD Soegiri Lamongan menyatakan telah berupaya keras menyelamatkan nyawa Choirul Huda sebelum akhirnya meninggal.

“Ketika terjatuh di lapangan, kami tidak langsung menyatakan meninggal dunia. Kami berusaha semaksimal mungkin,” kata petugas medis untuk Persela, Budi Wignyo, saat ditemui Tempo di RSUD Soegiri, Jumat, 20 Oktober 2017.

Petugas tim medis langsung berjongkok untuk membuka mulut Huda. Langkah ini, kata Budi, sudah sesuai prosedur standar penyelamatan. Huda sudah tak sadarkan diri. Nadinya lemah, Huda masih bernafas namun tidak adekuat.

“Tidak adekuat itu artinya jumlah tarikan dan kedalaman nafasnya tidak optimal layaknya kondisi normal”.

Petugas lalu memutuskan untuk melarikan ke rumah sakit karena melihat kondisinya itu sangat gawat. “Karena sangat mengancam nyawa, kami putuskan harus dirujuk secepatnya ke rumah sakit.”

Tim medis di IGD terus mencoba dan berpacu dengan waktu. Mereka berusaha mati-matian karena melihat masih adanya harapan hidup. “Meskipun tidak ada respon denyut jantung, kulitnya sempat memerah. Saturasi oksigen naik menjadi 80 persen,” kata Yudhistiro.

Selain kadar saturasi oksigen yang naik, wajah Choirul Huda tidak lagi membiru. Tim pun tetap melakukan bantuan nafas. Sejurus kemudian, kulit Huda sempat memerah pertanda membaik, namun wajahnya pucat memutih.

“Dia lalu ngedrop.”

Tak hanya pijat jantung, tim medis juga memberikan obat-obatan pendukung. Sejak di dalam ambulans, Huda diberikan obat adrenalin untuk memacu jantungnya melalui dua kali.

“Selama penanganan di IGD juga tetap kami berikan setiap 4 menit sekali,” tutur Yudhistiro.

Namun setelah satu jam lebih tim mengupayakan penyelamatan, Choirul Huda tetap tidak menunjukkan tanda-tanda adanya denyut jantung.

“Akhirnya pada pukul 17.15 WIB kami nyatakan Mas Huda meninggal dunia,” ujar dia.

 

TEMPO.CO

 

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait