Di Balik Pemilihan 8 November sebagai Waktu Pernikahan Kahiyang Jokowi, bagian 3

Wayan Diananto | 30 September 2017 | 20:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Titik terang pernikahan Kahiyang Ayu (26) dan Bobby Afif Nasution (26) akhirnya muncul Minggu (17/9) lalu.

Usai mengonfirmasi KUA, kami mencari tahu makna di balik pemilihan tanggal 8 November. Kami menghubungi Museum Radya Pustaka, Solo.

Staf Tenaga Teknis Permuseuman Bidang Pengelolaan Naskah (Manuskrip), Totok Yasmiran, menjelaskan makna 8 November bagi mempelai. Penjelasan itu dimulai dengan melacak hari serta tanggal lahir Kahiyang dan Bobby. 

Setelah itu, memetakan neptu dan wuku. Wuku adalah bagian dari siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari) dan masing-masing wuku memiliki nama sendiri. Sementara neptu adalah nilai angka yang disematkan dalam tiap-tiap hari dan pasaran. Kahiyang lahir pada Sabtu Pon, 20 April 1991. Sementara Bobby lahir pada Jumat Wage, 5 Juli 1991. 

Totok menjelaskan, Kahiyang lahir pada Sabtu Pon dengan wuku Gumbreg. Ia berwatak rahayu (selamat, tenteram), murah hati, dan meneduhkan. Dalam hidup, Kahiyang dinaungi kemurahan serta rezeki melimpah. Pemilik wuku Gumbreng bersifat pemaaf. Jika dicaci tak mudah sakit hati. Saat disanjung pun tak lantas pongah. 

Dikaitkan dengan perhitungan perjodohan, Sabtu Pon memiliki neptu 16. Sementara neptu untuk Jumat Wage 10. Jika dijumlahkan menjadi 26. Jumlah itu kemudian dibagi 5. Angka 5 didapat dari lima pasaran dalam penanggalan Jawa yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. 

“Dua puluh enam dibagi 5 hasilnya 5, sisa 1. Nah, sisa 1 ini jatuh pada hitungan Sri. Sri dalam budaya Jawa berarti kamulyan lan karaharjan atau kemuliaan dan kesejahteraan. Karenanya, perjodohan Kahiyang dan Bobby sangat cocok. Insya Allah bagus,” Totok mengungkap.  

Setelah menelusuri karakter kedua mempelai, barulah kami menghubungkan dua karakter itu dengan hari pernikahan yang jatuh pada Rabu Pahing, 8 November 2017. Hari itu, menurut analisis Totok, termasuk hitungan Sanggar Waringin. 

“Tanggal 8 November itu Sanggar Waringin. Artinya, memancarkan suasana ayom atau mengayomi. Dipilihnya 8 November disertai harapan agar kedua mempelai kelak menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Perlu ditekankan bahwa perhitungan ini merupakan salah satu produk budaya Jawa dan menjadi bagian dari ikhtiar. Kita tahu segala upaya baik perlu dilakukan. Pada akhirnya, yang menentukan hanyalah Gusti Allah Yang Mahakuasa. Semoga semua yang telah diperhitungkan dan dijalani bermuara pada kebaikan dan ketenteraman,” pungkas Totok. 

 

(han / wyn / gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait