Cerita di Balik Kesuksesan Film The Meg

Wayan Diananto | 27 Agustus 2018 | 01:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Baru rilis, di akhir pekan pertamanya The Meg mengantongi 2 triliun rupiah secara global. Pendapatan ini di luar ekspektasi.

Berkisah tentang hiu purba, Megalodon, The Meg awalnya dipandang sebelah mata. Maklum, tak sedikit film Hollywood yang mengangkat tema hiu versus manusia. 

The Meg masuk kategori film musim panas. Jalan ceritanya tergolong ringan. Namun tidak dari segi biaya. Diperkirakan, The Meg menelan hampir 3 triliun rupiah untuk biaya produksi dan pemasaran. Angka ini tergolong fantastis dibanding film bertema serupa.

Namun pengeluaran ini sebanding dengan pundi-pundi uang yang dihasilkan The Meg. Di AS saja, The Meg memperoleh 650 miliar rupiah hanya dalam 3 hari, 120 persen melampaui ekspektasi para analis! Itu belum ditambah hasil dari negara-negara lain.

Sejak awal, The Meg ditargetkan menyasar penonton dari segala usia. Studio Warner Bros. meminta sutradara Jon Turteltaub memperhalus adegan kekerasan demi rating PG-13 (pengawasan orang tua di bawah usia 13 tahun). Alhasil, semua adegan mengerikan, menjijikkan, dan berdarah dibuang.

"Kami membuat efek visual untuk adegan kekerasan tapi kami menyadari kami tidak bisa mempertahankan rating PG-13 dengan adegan ini," beber Jon. 

Bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok, Gravity Pictures, The Meg juga ditujukan khusus bagi warga Tiongkok, negara dengan jumlah penduduk dan jumlah bioskop terbanyak di dunia. Caranya, dengan melibatkan aktris Tiongkok Li Bingbing dan mengambil latar pantai di Tiongkok untuk salah satu adegan.

Hasilnya, 700 miliar rupiah pemasukan tiket dari Tiongkok di awal perilisan. Berkat kedua strategi ini, The Meg laris manis. Belum lagi, mempertimbangkan nama besar Jason Statham yang pastinya ikut menarik penonton yang tak sedikit. 

Saking larisnya, banyak yang menduga film ini akan dibuatkan sekuel. Apalagi The Meg diadaptasi dari seri novel karya Steve Alten. Maka tak heran kalau kemudian The Meg meluncurkan sekuel.

"Saya pikir ini sama seperti hal lainnya di era sekarang—jika menghasilkan uang, maka sudah jelas akan ada keinginan untuk mencetak lebih banyak uang," ungkap Jason. Menurutnya, nasib sekuel berada di tangan penonton. 

(yuri / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait