Two Little Toes, Sepatu Anak Lokal Berselera Internasional

Rizki Adis Abeba | 5 Mei 2015 | 16:13 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - NALURI seorang ibu, ingin mendandani anaknya sekeren mungkin. Naluri itu pula yang dimiliki Amilia Ardini Suniasri (32) –akrab disapa Amel –yang ingin membuat buah hatinya tampil modis, dari pakaian hingga sepatu. 

Khusus untuk sepatu, Amel mulanya gemar membeli sepatu bermerek tertentu untuk sang anak. Karena diimpor dari luar negeri, harganya tentu agak mahal.

Untuk produk buatan lokal, jumlahnya terbatas. Pun belum banyak yang memenuhi seleranya. Dia lalu berinisiatif, mengapa tidak membuat produksi sepatu anak sendiri?

Selain memenuhi seleranya akan model sepatu anak, dia bisa memastikan produknya berkualitas baik, tetapi dengan harga lokal. 

Dari situ tercetus ide membuat sepatu anak dengan label Two Little Toes. Amel berharap anak-anak tampil modis dengan sepatu buatan lokal, namun mengikuti tren sepatu internasional.

Produk yang bagus harus didukung pemasaran yang baik. Untuk itu, dia menggaet sahabat lamanya, Bram Martian (28), untuk menangani urusan branding dan marketing.

Sejak April tahun lalu, Amel dan Bram bersama-sama menjalankan bisnis Two Little Toes. Ini bukan kali pertama Amel dan Bram berbisnis. Sebelumnya, mereka pernah mencoba berbisnis cupcake, lalu berganti-ganti produk lain. 

Amel dan Bram berniat fokus mengembangkan bisnis sepatu anak, hal yang baru bagi keduanya. “Semuanya kami lakukan learning by doing. Kami mulai dengan mencari sendiri bahan-bahannya, lalu tempat pembuatannya. Amel lebih berperan dalam membuat desain-desainnya. Biasanya setelah itu kami diskusi, untuk desain ini bahan yang digunakan seperti apa,” urai Bram. 

Booming di Instagram

Selain situs www.twolittletoes.com, akun Instagram @twolittletoes menjadi sarana utama penjualan sepatu-sepatu produksi Amel dan Bram.

Untuk penjualan offline, mereka rajin mengikuti bazar-bazar di mal dan acara-acara khusus. Saat kami temui, Two Little Toes menjadi salah satu pengisi acara LocalFest 3.0 yang diselenggarakan di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. 

“Untuk pemasaran, paling utama kami lakukan via Instagram. Kami juga buat website, tapi masih dalam proses maintenance. Paling banyak orang tahu, ya, dari Instagram. Selain itu, kami berusaha ikut bazar-bazar seperti sekarang,” jelas Amel.

“Untuk menarik follower di Instagram, kami endorse beberapa anak yang populer di Instagram. Pertama kali booming produk kami, itu setelah kami endorse salah satu anak fashion blogger di Instagram. Setelah sepatu kami dipakai, mulai banyak ibu-ibu yang penasaran dan bertanya, sepatunya dari mana. Bisa dibilang dia yang membuka jalan untuk kami,” imbuh Amel.

Saat memulai usaha, Amel dan Bram menggelontorkan dana sekitar 50 juta rupiah. Kala itu mereka hanya memproduksi 150 pasang sepatu.

“Itu pun baru habis setelah dua atau tiga bulan,” bilang Amel. Setahun berselang, bisnis Two Little Toes menunjukkan perkembangan cukup signifikan. Kini dalam sebulan mereka memproduksi hingga 500 pasang sepatu yang dijual dengan harga 190 ribu hingga 275 ribu rupiah. 

“Untuk omzet per bulan, kami belum punya angka yang pasti karena kami belum punya catatan pembukuan yang jelas. Tapi kira-kira omzet untuk penjualan online dalam sebulan sekitar 25 juta,” beri tahu Amel. “Jumlahnya hampir sama, kalau kami ikut bazar selama empat hari seperti ini,” timpal Bram. 

Meski semakin disibukkan penjualan daring yang semakin laris dan jadwal bazar yang semakin padat, Amel dan Bram masih menangani semua urusan bisnis sendiri. Amel bersyukur, bisnisnya didukung penuh sang suami, yang tak segan turun langsung membantu.

“Sampai sekarang semua urusan produksi, pemasaran, dan penjualan masih ditangani saya dan Bram saja. Paling mentok-mentok minta bantuan suami saya,” kata Amel. 

Saat ini pelanggan Two Little Toes sudah merambah hampir ke seluruh penjuru Indonesia.

“Aku juga sampai heran, kadang ada ibu yang beli sampai tiga pasang. Padahal aku saja enggak bakal beli sepatu anak sampai begitu, ha ha ha,” seloroh Amel.

“Terus ada juga yang ongkos kirimnya sampai 80 ribu, karena dari Papua. Aku sampai enggak enak hati, karena harga sepatunya saja enggak seberapa,” pungkasnya.

 

(riz/gur)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait