Tumbuh Besar Dalam 3 Budaya, Hannah Al Rashid Sempat Mengalami Krisis Identitas

Administrator | 8 November 2013 | 14:10 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - DIBESARKAN dalam tiga budaya berbeda: Perancis, Inggris, dan Indonesia, sejak kecil Hannah Al Rashid (27) mengaku terbiasa melakukan hal-hal yang sesuai adat istiadat Indonesia.

Seperti makan menggunakan tangan (tanpa sendok-garpu), makan nasi, dan mencium tangan orang yang lebih tua. Dia tidak canggung mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak peduli apa kata teman-temanya sesama orang asing.

"Budaya cium tangan pada orang tua sudah ditanamkan sejak kecil. Teman-teman bule aku banyak yang bingung mengapa aku harus cium tangan orang tua. Aku bilang, sedari kecil aku sudah dibiasakan begitu. Budaya Indonesia kental banget di rumah aku. Sampai kalau datang ke acara komunitas Indonesia, banyak yang komentar, ‘Anaknya Indonesia sekali!’ Padahal cuma setengah Indonesia. Beda dengan anak-anak lain yang benar-benar Indonesia," kata Hannah.  

Tumbuh besar dalam tiga kebudayaan—Mamanya berasal  Prancis, Papa dari Indonesia, tapi lahir dan besar di Inggris--sempat membuat Hannah mengalami krisis identitas.  "Aku sempat  mengalami konflik batin. Aku dari mana sih? Aku siapa sih?  Tapi aku ambil positifnya saja.  Punya latar belakang tiga kebudayaan merupakan sebuah kelebihan. Yang negatif buang saja," akunya.

Datang ke Indonesia pada lima tahun lalu, Hanah merasa dirinya tak diterima dengan baik. "Pada saat aku menginjakkan kaki di negara ini malah enggak diterima sama sekali. Aku dianggap bule kebanyakan. Itu yang sampai sekarang bikin aku sakit hati," Hannah mencurahkan isi hatinya. Padahal, selama ini ia  begitu mencintai negeri ini. "Aku selalu mempromosikan budaya Indonesia di negara lain. Aku juga banyak belajar segala macam tentang Indonesia," ungkap Hannah bingung. Ia mengaku kesulitan memperoleh hak kewarganegaraan Indonesia. Proses yang mesti dilalui berbelit-belit.  

"Aku dulu pengin jadi WNI, sekarang enggak. Sakit hati, ngapain aku pindah. Aku merasa orang Indonesia dan sangat cinta Indonesia, tapi enggak punya hak dan malah dipersulit gara-gara keimigrasian dan kewarganegaraan. Padahal, banyak pemain sepak bola gampang dapat paspor Indonesia. Kesal, orang melihat aku dari luar saja, tapi di sisi lain mereka enggak tahu apa-apa tentang aku. Mending aku pegang paspor Eropa, enggak ribet untuk keliling dunia. Kalau aku jadi WNI, pasti dipersulit pulang ke London. Semua keluarga aku di sana," bintang Modus Anomali dan 3Sum mengeluh.

(ind/yb)

Penulis : Administrator
Editor: Administrator
Berita Terkait