Ibu Hamil Sesak Napas hingga Meninggal, Apa Penyebabnya?

Wayan Diananto | 17 Februari 2019 | 02:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Akhir bulan lalu, bintang film Eiffel in Love, Saphira Indah (32), meninggal. Ia berpulang saat hamil 6 bulan karena sesak napas.

Kisah sedih ini membuat kaum hawa kembali mempertanyakan bahaya sesak napas saat berbadan dua. Benarkah gangguan kesehatan ini selalu hadir pada trimester kedua?

Jika ibu hamil sesak napas, apa yang harus dilakukan suami agar istri dan janin selamat?

Pada trimester kedua, rahim membesar. Tubuh merespons pertumbuhan rahim dan janin dengan melakukan sejumlah adaptasi. Dampak adaptasi ini beragam. Salah satunya, sesak napas.

Seksolog dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS (62) menerangkan, sesak napas dipicu banyak faktor. Selain proses adaptasi tubuh, sesak napas bisa muncul karena radang paru-paru atau kelainan jantung karena katupnya tidak berfungsi optimal.

Faktor pemicu lain, hubungan intim saat hamil. Boyke mengatakan, berhubungan seks saat hamil boleh. Namun jangan menggunakan gaya misionaris melainkan posisi sendok garpu yakni melakukan penetrasi dari samping atau dari belakang (doggy style). 

“Selain itu pemicunya adalah mag yang nyerinya sampai di ulu hati dan emboli paru-paru, yakni penyumbatan pembuluh darah di paru-paru oleh plak berupa asam lemak. Jika ibu hamil sesak napas, suami bisa menolong dengan mengajaknya duduk dalam posisi tegak, diganjal bantal, dan pastikan bahu condong ke belakang. Dengan demikian ruang di sekitar paru-paru lebih longgar. Ia bisa menarik napas lebih dalam,” terang Boyke di Jakarta Selatan, minggu lalu.

Di sinilah peran penting suami. Saat ibu hamil menarik napas panjang, dengarkan baik-baik tarikannya. Jika napas berbunyi, kemungkinan besar ia kena asma. Jika istri Anda mengeluh sesak napasnya disertai sensasi nyeri di dada, bisa jadi itu serangan jantung. Sesak napas, menurut Boyke, tidak harus berakhir dengan kematian karena bisa dideteksi sejak dini. 

“Buat para suami, cek adakah organ tubuh istri Anda yang bengkak khususnya di kaki dan wajah. Bila ada, peluang preeklamsia membesar, entah berupa kelainan jantung, sesak napas, atau gangguan ginjal,” urai dokter dari Klinik Pasutri di bilangan Tebet, Jakarta.     

(wyn / gur)
 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait