Ingin Punya Momongan? Ini Jumlah Sperma Yang Mesti Anda Pasok Saat Berhubungan

Wayan Diananto | 30 Oktober 2017 | 02:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setelah menikah, pasangan suami istri mendamba kehadiran momongan. Masalahnya, "bikin" momongan tak semudah yang dibayangkan. Ada banyak hal yang mesti diperhatikan pasangan suami istri jika ingin segera dikaruniai momongan, termasuk kualitas sperma. Hal tersebut terungkap dalam peluncuran suplemen "Sutra Perkasa: Rahasia Stamina Pria Perkasa" di Jakarta, pekan ini. Hadir sebagai salah satu narasumber, pakar Andrologist dr. Nugroho Setiawan Sp.And.

Nugroho mengatakan, saat berhubungan intim, sperma yang dikirim suami mesti berkualitas tinggi. "Beberapa suami masih beranggapan bahwa bisa 'main' dengan durasi lama itu indikasi ia pria yang hebat. Maaf, itu keliru. Anda main lama, namun kualitas sperma Anda buruk atau sperma yang Anda berikan tua ya sama saja. Anda harus tahu parameter sperma jelek atau bagus," terang Nugroho dalam sesi wawancara empat mata dengan tabloidbintang.com.

Jelek di sini maksudnya, bentuk spermanya jelek, gerakannya tidak gesit, atau jumlah sperma yang Anda kirimkan ke rahim pasangan tidak memadai. Nugroho membuka fakta, jumlah ideal sperma yang mesti dikirim adalah 15 juta per mililiter. Data ini, berdasarkan jurnal resmi Organisasi Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa atau WHO pada 2010.

"Jumlah minimalnya 15 juta sperma dari total 39 juta sperma per mililiter. Yang bergerak maju minimal 32 persen, bentuk sperma normal idealnya 15 persen. Kalau bentuk sperma Anda tidak normal maka akan ditolak oleh mulut rahim. Ingat, mulut rahim perempuan itu ada 'satpam'-nya. Namanya, lendir mulut rahim. Ia menjaga rahim dari barang-barang yang tidak berguna," ulasnya.

Ia kemudian mengkritisi beberapa suami yang ingin tampil prima di hadapan pasangan dengan obat kuat. Nugroho menyebut, sah-sah saja menggunakan obat kuat asal bukan obat yang dibeli sendiri. Obat kuat harus diberikan oleh dokter sehingga ada pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan obat tersebut. Pemakaian obat, termasuk obat kuat, ada indikasi dan kontra-indikasi yang mesti diperhatikan. Semua itu, harus diperhitungkan dan diawasi dokter.

"Misalnya, suami Anda hipotensi lalu menenggak obat kuat. Bisa jadi suami Anda malah meninggal. Obat-obat semacam ini bekerja dengan membuka pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun. Kalau tekanan darah suami Anda sudah rendah, ditambah obat kuat yang notabene menurunkan tekanan darah, ini membahayakan keselamatan suami," urai dia.

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait