Kisah Sukses Hari Darmawan Pendiri Matahari: Berawal dari Utang 1 Juta ke Mertua

TEMPO | 11 Maret 2018 | 15:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pendiri Matahari Departemnt Store dan pemilik Taman Wisata Matahari Hari Darmawan ditemukan tewas di Sungai Ciliwung, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu pagi, 10 Maret 2018. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Hari Darmawan diduga terperosok saat sedang melihat arus Sungai Ciliwung yang deras akibat hujan pada Jumat, 9 Maret 2018.

Sebelum membangun Taman Wisata Matahari, Hari Darmawan pemilik toko ritel raksasa Matahari Departemen Store. Ia sudah menjual Matahari kepada Lippo Group.

Hari Darmawan adalah sosok yang sudah akrab dengan dunia bisnis sejak kecil. Saat berusia lima tahun, ia sudah melihat usaha yang dijalani oleh keluarganya bangkrut. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di tanah kelahirannya, Makassar, Hari kemudian merantau ke Jakarta.

Hari Darmawan, kelahiran 27 Mei 1940, bertemu dengan jodohnya, Anna Janti, yang merupakan putri dari pemilik toko serba ada di kawasan Pasar Baru, Jakarta. Hari kemudian menikahi Anna saat berusia 18 tahun. Mereka dikaruniai tiga anak, yaitu Susiawati, Herman, dan Susan Darmawan.

Bisnis Hari Darmawan diawali saat membeli toko milik mertuanya seharga Rp 1 juta dengan cara dicicil. Toko yang menjual baju impor dan buatan istrinya tersebut dinamai Mickey Mouse dengan brand MM Fashion. Pada tahun 1968 Hari berhasil membeli toko yang menjadi saingan beratnya, dan memberi nama Matahari yang kemudian berkembang menjadi Matahari Department Store pada tahun 1990-an.

Pada 1996, saat sedang berada di puncak popularitasnya, Hari Darmawan menjual Matahari Department Store ke bos Lippo Group, James Riady. Dia menjadi Presiden Direktur Matahari Department Store hingga tahun 2001. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, banyak spekulasi yang beredar ihwal penjualan tersebut, mulai dari Hari yang terlilit hutang dengan Lippo Group sampai strategi James Riyadi.

Saat diwawancarai Majalah Tempo pada tahun 2004, Hari Darmawan mengaku tidak menyesal atas keputusannya itu. Mantan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) ini mengatakan kerusuhan tahun 1998 merupakan pertanda baginya untuk menjual perusahannya itu.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait