Ketika Danur 2: Maddah Berhasil Menyingkirkan "Pacific Rim: Uprising"

Yohanes Adi Pamungkas | 14 April 2018 | 18:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Box office bukan hal baru buat Prilly Latuconsina. Dua tahun lalu, ia mengumpulkan 2,6 juta penonton bersama Raditya Dika lewat Hangout.

Tahun lalu, Danur: I Can See Ghosts mendatangkan 2,7 juta penonton ke bioskop. Meski demikian, pencapaian Maddah tetap membuat Prilly bengong. 

“Seingat saya, film Danur perlu seminggu buat meraih sejuta penonton. Bukan berarti sekarang saya santai. Saya tetap berpromosi dengan pemain lain. Maddah masih lama tayang di bioskop, makanya harus tetap berpromosi agar bisa bertahan,” beri tahu Prilly. 

Diceritakan Prilly, sehari setelah Maddah beredar di jaringan bioskop, ia tidak tenang. Pada 29 Maret, ia terbang ke Yogyakarta untuk menghadiri sebuah acara. Satu-satunya pertanyaan yang menggenang di hatinya, jumlah penonton Maddah di hari pertama penayangan. Prilly mengirim pesan singkat lewat aplikasi WhatsApp kepada Awi. Jawaban sang sutradara melegakan hati. Ia sadar, meledaknya Maddah tidak luput dari aksi penggemar yang memborong tiket.

Melalui Bintang, Prilly menyampaikan terima kasih kepada penggemar. Tidak sekadar memborong tiket, ada penggemar menonton Maddah di bioskop dengan kostum dan riasan wajah menyerupai hantu perempuan Belanda di film itu. 

“(Dia memakai kostum dan riasan wajah) itu enggak ada yang menyuruh. Dia sukarelawan, penggemar dari Bogor,” sambung aktris bernama lengkap Prilly Mahatei Latuconsina. Aksi penggemar menyadarkan Prilly, hantu-hantu dalam dunia Danur begitu lekat di hati publik. 

Yang membuatnya tambah bangga, Maddah dirilis berbareng dengan film berbujet mahal dari Hollywood, Pacific Rim: Uprising. Beredar kabar, kembalinya para hantu dari dunia Danur menumbangkan robot-robot Pacific Rim. Di bioskop Epicentrum XXI Jakarta yang hanya punya dua layar misalnya, keduanya dikuasai film Indonesia yakni Maddah dan Teman tapi Menikah.

Direktur Jaringan Cinema 21, Jimmy Haryanto membenarkan hal itu. Jimmy mengingatkan, produser mesti sadar, film itu digarap bukan untuk kepuasan diri sendiri. Film akhirnya akan tayang di bioskop, artinya harus bisa dinikmati khalayak.

“Kalau jumlah penonton sebuah film hari pertama tinggi, kami pasti menambah layar. Itu artinya, ada film lain yang mesti dikorbankan, dikurangi layarnya. Saat Maddah meledak pekan lalu, kami merespons dengan mengurangi jumlah layar Pacific Rim: Uprising,” Jimmy mengonfirmasi.

(han / wyn / gur)

Penulis : Yohanes Adi Pamungkas
Editor: Yohanes Adi Pamungkas
Berita Terkait