Mari Lari: Mari Selesaikan Apa yang Telah Dimulai

Wayan Diananto | 18 Juni 2014 | 12:12 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Satu-satunya kelemahan Rio (Dimas), banyak memulai pekerjaan tapi belum ada satu pun yang diselesaikan. Dari kursus bela diri sampai les piano, tak ada satu pun yang tuntas. Tabiat ini terbawa sampai di bangku kuliah. Tujuh tahun kuliah hukum, ia pulang tanpa gelar. Ayahnya, mantan atlet yang sukses sebagai pengusaha garmen, Radityo Kusumo (Donny), memberi ultimatum: gagal meraih gelar S-1 Hukum itu artinya siap angkat kaki dari rumah. Dan itulah yang terjadi. Rio terusir dari rumah.

Ia tinggal di kos, bekerja sebagai office boy merangkap salesman mobil. Suatu hari, Rio berkenalan dengan Anissa (Olivia), teman Chika (Amanda Zefannya). Chika ialah pacar Bayu (Argoebie), manajer showroom mobil tempat Rio bekerja. Pertalian Rio-Anissa berlanjut setelah ibunda Rio, Fitri Kusumo (Ira), meninggal. Fitri dan Radityo berencana mengikuti Bromo Marathon tiga bulan lagi. Sayangnya, rencana gagal terwujud karena Fitri wafat. Rio berjanji menggantikan Fitri di ajang Bromo Marathon.

Dimulai hubungan ayah dan anak yang dingin. Ada rasa kecewa pada anak. Sementara anak merasa tak dipahami ayah. Lalu terciptalah jarak di bawah satu atap. Ibu sebagai mediator gagal menuntaskan tugas. Lari menjadi mediator berikutnya, diharapkan bisa menghangatkan kebekuan. Gradasi chemistry ayah-anak ini diperankan dengan natural oleh Dimas dan Donny.

Lari diangkat ke layar lebar bukan karena momentum semata. Memang, dua tahun terakhir lari massal mewabah di Jakarta. Lari lima kilometer atau The Color Run dengan sponsor produk tertentu menjadi gaya hidup baru. Membanjiri jalanan bebas kendaraan pada hari Minggu hingga laman situs jejaring sosial. Bukan itu alasan Mari Lari dibuat. Bukan juga untuk mempromosikan komunitas Indo Runners dan pusat perbelanjaan mewah di dekat Gelora Bung Karno, Senayan.

Kalaupun menyosialisasikan lari, naskah buatan Ninit sebenarnya tak berbicara secara dangkal soal apa itu maraton dan mengapa harus jatuh cinta pada maraton. Ninit membawa kita mencapai makna yang lebih dalam, lebih daripada sekadar mengambil langkah cepat dengan modal dua kaki. Dalam lari separuh maraton atau maraton, kita memulai dengan tapak-tapak kecil dengan kecepatan sedang.

Memulai suatu perjalanan dengan tujuan. Memasuki kilometer ke-35, kita merasa lelah yang teramat sangat. Ingin menyerah. Sampai akhirnya, kita mengingat motivasi awal mengapa harus berlari. Lalu hati terbakar, semangat menghangat, membawa kita ke garis akhir. Melihat orang yang kita cinta tersenyum bangga untuk penyelesaian yang baik itu. Sama halnya dengan hidup.

Lari menjadi tema utama yang tidak dinodai kisah cinta yang tidak perlu. Lari adalah napas film ini. Sementara keluarga adalah alasan mengapa napas harus dihela. Agar tetap hidup. Agar tidak dingin, beku, lalu mati. Jika itu maksudnya, maka film ini berhasil menghela. Menghidupkan.

Paling tidak, “menghidupkan” kembali kehidupan Rio dan ayahnya. Dan bukan tidak mungkin, menghidupkan kembali semangat hidup penontonnya. Satu-satunya kekurangan film ini adalah product placement yang terlalu vulgar. Terlalu apa adanya.

Pemain      : Dimas Aditya, Olivie Jensen, Ibu Jamil, Donny Damara, Ira Wibowo, Dimas Argoebie
Produser    : Yasha Chatab, Delon Tio
Sutradara   : Delon Tio
Penulis      : Ninit Yunita
Produksi    : Nation Pictures
Durasi       : 97 menit

(wyn/adm)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait