"Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar": Kerja Keras Adalah Nama Tengah Merry

Wayan Diananto | 30 Desember 2014 | 19:57 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kata orang, film calon box office adalah yang mampu membuat penonton tertawa kemudian menangis. Permainan emosi dan kisah inspiratif diyakini mujarab. Ayat-ayat Cinta, Habibie & Ainun, Laskar Pelangi, dan Ada Apa Dengan Cinta? bukti autentiknya. Maka Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar kandidat kuat dalam perang rebutan penonton pada pengujung 2014.

Kisahnya dimulai dengan gambaran dramatis kerusuhan di Jakarta, Mei 1998. Ketika saudara kita yang keturunan Tionghoa terpaksa menggantungkan papan bertuliskan "pribumi" di pagar rumah. Salah satu yang terancam itu, keluarga Merry Riana (Chelsea). Ayahnya (Ferry) menjual baju bekas di pelataran Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hasilnya, hanya mampu untuk beli satu tiket pesawat ke Singapura. Merry diminta berangkat.
    
Di sana, ia bertemu teman semasa sekolah, Irene (Kimberly), yang memberi Merry tumpangan. Irene pula yang menyarankan Merry kuliah, lalu mengajukan pinjaman 40 ribu dolar Singapura. Irene juga memperkenalkan Merry kepada seorang penjamin, Alva (Dion). 
    
Hidup mengajar Merry berhitung, berhemat, dan bekerja keras agar kebutuhan dalam satu bulan tercukupi. Apalagi, Papa dan Mama Merry (Cynthia) belum mampu menyusul ke Singapura. Anjloknya rupiah, likuidasi bank, dan seabrek masalah politik di Indonesia membuat kondisi keluarga Merry kian payah. Lebih dari 70 persen film ini menyuguhkan apa yang disebut perjuangan.
    
Kerja keras adalah nama tengah Merry. Jika ada kata lain, yang levelnya lebih tinggi daripada kerja keras, tentu kata yang tak kunjung ditemukan ini akan menjadi pilihan Merry berikutnya. Sama seperti kisah hidup Merry merupakan urat nadi film ini, maka akting Chelsea adalah nyawa. Ekspresi bahagia, tangis, patah semangat, dan untuk kesekian kali mencoba bangkit menyihir penonton untuk tetap duduk hingga pertunjukan inspiratif ini berakhir indah. Chemistry Chelsea dan Dion begitu kuat. 
    
Kekuatan ini didapat dari naskah yang memang inspiratif. Anda mungkin melihat beberapa titik lemah film ini. Bukan soal product placement melainkan, (riset) properti yang gagal memulangkan penonton ke era 1998. Itu meliputi ponsel, model komputer, dan tahun lahir Merry yang tercantum di formulir. Memang, tidak ada film yang sempurna. Bahkan, film peraih Oscar sekalipun. 
    
Meski begitu, Merry Riana bisa jadi kandidat terkuat meraih penonton. Terasa lovable, dengan akhir kisah yang membuat mata kami berkaca. Cara Merry menyatakan bahwa ia butuh Alva menjadi salah satu yang paling melekat dalam ingatan. "Hitungan aku enggak pernah pas, kalau enggak ada kamu," ucap Merry dengan air muka menyinarkan rasa bahagia. Orisinal!

The Greatest Scene: Merry jatuh lagi. Perusahaan airline yang dijadikannya tempat memutar uang bangkrut. Ratusan dolar yang ditanam melayang. Matanya nanar. Langkahnya gontai. Setibanya di asrama, ia terkejut. Ibunya datang! "Selesaikan apa yang sudah kamu pilih, Merry," kata Ibu sembari menyerahkan uang hasil jerih lelah ayah Merry. Matanya kembali bersinar. Keduanya saling memeluk.

Pemain    : Chelsea Islan, Dion Wiyoko, Ferry Salim, Cynthia Lamusu, Kimberly Ryder
Produser    : Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi
Sutradara    : Hestu Saputra
Penulis        : Titien Wattimena, Rahabi Mandra, Alberthiene Endah
Produksi    : MD Pictures
Durasi        : 104 menit

(wyn/adm)

    

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait