Kisah Seorang Pria yang Selamat dari Likuifaksi yang Menggulung Petobo

TEMPO | 10 Oktober 2018 | 21:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Wlayah di perkampungan Petobo, Sulawesi Tengah yang luluh lantak digulung likuifaksi beberapa saat setelah gempa magnitudo 7,4 SR mengguncang Donggala dan Palu, 28 September 2018 lalu. Atap-atap rumah tampak rata dengan tanah bercampur lumpur. Jalanan pun ibarat jurang-jurang kecil yang menganga. Desa Petobo hilang bak ditelan bumi. Rumah-rumah terjerembab dalam patahannya.

Menapaki kembali Petobo, Jerry A.M tampak getir mengenang jalanan yang biasa ia lalui menuju ke kantornya itu. "Saya ingat bagaimana jalanan ini dulu begitu mulus," kata Jerry, 49 tahun. Jerry amat akrab dengan kampung Petobo. Saban pergi dan pulang kerja, dia selalu melewati kawasan itu. Petobo juga menjadi wilayah yang harus dilewati kalau dia hendak menuju kota.

Jerry berkantor di sebuah  BUMN yang berlokasi di seberang Petobo. Dia mengenang punya jalan favorit di Petobo, yakni berupa jalan turunan yang curam. "Saya bisa matiin mesin motor dan menggelontorkan ban di sini tanpa mesin," katanya.

Saat bercerita matanya menerawang. Di tengah terik matahari Palu yang menyengat, dahinya mengerenyit. Ketika gempa terjadi, dia hampir saja melewati Petobo. "Saya waktu itu mau mengantar anak potong rambut ke Veteran. Mau lewat Petobo tapi enggak jadi," ujarnya.

Perasaan ganjil mendorongnya tak melewati jalan itu bersama anaknya. Jerry berbelok ke jalur alternatif. Saat melintasi jalur alternatif, menjelang magrib sore itu, 28 September, goyangan besar terjadi. Dia oleng dari motor, namun bisa bangkit dan menyelamatkan diri.

Jerry sempat mendengar jerit tangis dan gemuruh suara dari dalam perut bumi. Namun ia berserah, terus melaju balik ke rumah hingga selamat. Dalam perjalanan, Jerry memikirkan teman baiknya yang bermukim di kampung Petobo. "Dia Pak Ahmad dan istrinya, Ibu Sutiah, tak tahu bagaimana kabarnya," ujarnya. 

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, di desa Petobo yang mengalami likuifaksi ditemui ribuan rumah yang rusak. Wilayah tersebut tertutup lumpur seluas 180 hektar. "Perkiraan bangunan terdampak sebanyak 2.050 unit," katanya dalam keterangannya pada Minggu, 7 Oktober 2018.

Jerry melihat sebuah tiang bendera yang berdiri di tengah reruntuhan. Namun, pandangannya kosong. "Semoga pemerintah memberi tempat hidup yang layak bagi yang selamat," harapnya.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait