Empat Tokoh Menerima Penghargaan Achmad Bakrie XVII

Ari Kurniawan | 15 Agustus 2019 | 08:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Yayasan Achmad Bakrie bekerjasama dengan Freedom Institute & Bakrie Group kembali mempersembahkan Penghargaan Achmad Bakrie XVII / 2019 untuk Negeri. Acara ini digelar menyambut 74 tahun Kemerdekaan Indonesia, sekaligus sebagai rangkaian peringatan 77 tahun Kelompok Usaha Bakrie.

Penghargaan Achmad Bakrie merupakan bentuk apresiasi Bakrie Group kepada sejumlah tokoh inspirasional yang telah berjasa bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Ketua Penyelenggara PAB XVII, Ardiansyah Bakrie, mengatakan tokoh-tokoh yang diberi penghargaan merupakan insan terbaik dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, serta mereka yang telah membaktikan hidupnya di bidang kemanusiaan. 

“Selama kurun waktu tujuh belas tahun, Penghargaan Achmad Bakrie telah diberikan kepada 76 penerima yang terdiri dari 72 individu dan 4 lembaga,” sebut suami artis Nia Ramadhani itu, dalam jumpa pers di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (14/8).

"Semoga penghargaan ini juga mampu memotivasi anak-anak bangsa untuk terus berjuang menghasilkan karya-karya terbaik mereka bagi masyarakat," lanjutnya.

Malam penganugerahan PAB XVII/2019 akan dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Agustus 2019, pukul 20.00 WIB, di XXI Ballroom Djakarta Theater, dan akan ditayangkan tvOne pada Sabtu, 17 Agustus 2019, pukul 19.30 WIB.

Empat tokoh yang menerima Penghargaan Achmad Bakrie XVII yakni:

Jakob Oetama (Jurnalisme)
Kecerdikan visionernya membangun jurnalisme kepiting yang memungkinkan Kompas bertahan sebagai bagian pilar demokrasi yang keempat di tengah iklim politik yang otoriter, sekaligus kelompok usaha yang dinamis di tengah situasi ekonomi yang tak menentu.

Ashadi Siregar (Sastra Populer)
Lewat trilogi "Cintaku di Kampus Biru” (1974), "Kugapai Cintamu” (1974), dan "Terminal Cinta Terakhir” (1975), ia berhasil membuka babak baru penulisan novel populer di negeri ini. Temanya memang lazim dalam genre sastra pop:  dunia anak muda dan mahasiswa yang diwarnai liku-liku percintaan, pendobrakan, dan pencarian diri. Namun semua itu dituturkan Ashadi dengan bahasa yang segar dan lugas, dengan pandangan yang lebih terpelajar.

Anna Alisjahbana (Kedokteran)
Dedikasinya memperbaiki kualitas anak Indonesia secara holistik dan integratif, antara lain mengilhami pengembangan perangkat inovatif dan tepat guna DDTK. "Deteksi Dini Tumbuh Kembang" temuannya ini bertujuan menjaring anak dengan gangguan perkembangan pada masyarakat rentan dan kurang mampu, yang diterapkan pada Taman Posyandu, PAUD dan pendidikan keluarga, untuk mempersempit kesenjangan anak desa - kota.

Anawati (Sains) 
Rela meninggalkan gemerlap karir dan gemerincing mata uang Euro karena melihat kualitas air minum perdesaan di Sumbawa hampir sebagiannya terkontaminasi logam berat.  Risetnya tentang Tubular Anodic Aluminium Oxide (AAO) dan gagasannya memanfaatkan teknologi pelapis bahan lokal, telah membantu masyarakat Sumbawa.

(ari)

Penulis : Ari Kurniawan
Editor: Ari Kurniawan
Berita Terkait