Mengenal Para Pemenang Perempuan Bintang Awards 2018 (Bagian 2)

Yuriantin | 21 November 2018 | 15:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Proses voting untuk memilih para pemenang Perempuan Bintang Awards (PBA) 2018 tengah berlangsung. Voting terbuka untuk umum dan akan ditutup pada 14 Desember 2018 mendatang.

Untuk ikut voting kunjungi website perempuanbintangawards.com. Bagi 30 pemilih beruntung akan mendapat kenangan-kenangan dari Media Bintang Indonesia. Malam puncak PBA 2018 akan berlangsung pada 17 Desember 2018.

Perempuan Bintang Awards 2018 merupakan ajang penghargaan untuk perempuan-perempuan Indonesia. Anugerah ini untuk mengapresiasi pencapaian, karya, usaha, pengabdian, aktualisasi diri para perempuan Indonesia.

Total terdapat 9 kategori utama dan 3 kategori penghargaan khusus dalam ajang PBA 2018. Setiap kategori terdapat masing-masing 3 nominasi. Di bagian kedua ini, mari kita mengenal 6 nominasi berikut.

Bintang Ilmiah (Eniya Listiani Dewi, 44 tahun) 

Peneliti senior yang bekerja di Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini punya pencapaian gemilang. Wanita bergelar Doctor of Engineering dari Universitas Waseda, Tokyo ini sukses melakukan rekayasa sel bahan bakar ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik dari gas hidrogen. Di tahun 2003, ia mendapat Mizuno Award dan Koukenkai Award dari Universitas Waseda berkat temuan katalis bahan bakar yang terbuat dari unsur vanadium. Karya lainnya berupa metode penambahan nanopartikel juga menyabet Asia Excellence Awards yang dianugerahkan oleh Society of Polymer Science, Jepang. 

Di tingkat nasional, Eniya merupakan wanita termuda yang pernah menerima Habibie Award, yang diterimanya pada tahun 2010. Di tahun yang sama, Eniya memperoleh paten untuk Thamrion (membran polimer untuk sel bahan bakar yang lebih efisien dan bersaing secara harga) sekaligus membawa pulang Penghargaan Inovasi HKI 2010. 

Bintang Pengusaha (Prita Kemal Gani)

London School of Public Relations (LSPR) berkembang pesat. Sang pendiri, Prita Kemal Gani tak pernah menyangka. Awal berdiri di tahun 1992, LSPR merupakan tempat kursus bagi para praktisi humas yang kini menjelma jadi salah satu lembaga pendidikan komunikasi paling dicari di Indonesia. Prestasi Prita dimulai ketika ia ditunjuk menjadi ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia di tahun 2011-2014. Ia jadi satu-satunya wanita yang pernah duduk di jabatan ini. 

Prita meraih penghargaan Ernst & Young Entrepreneurial Winning WomenTM Asia-Pasific 2015. Di akhir tahun 2015, Prita menjadi satu-satunya warga negara Indonesia yang menerima penghargaan ASEAN People's Awards saat KTT ASEAN ke-27 di Malaysia. Selain menjadi direktur LSPR, kini Prita juga merupakan ketua ASEAN Public Relations Network (organisasi profesi Humas yang ikut didirikan Prita di tahun 2014). Istri dari Kemal Gani ini juga memiliki program radio bernama PR Corner and Woman on Top Empowering Women Through Leadership dan membawakan gelar wicara bertajuk Entrepreneur Diaries Talkshow.

Bintang Profesi (Dewi Lestari, 42 tahun)

Wanita yang akrab disapa Dee ini merupakan penyanyi dan penulis dengan sederet karya. Di bidang musik, Dee mulai debutnya dengan menjadi penyanyi latar Chrisye dan penyanyi ternama lain di tahun 1993. Setelahnya, ia bergabung dengan trio “Rida, Sita, Dewi” yang telah mengeluarkan empat album hingga akhir kebersamaan mereka pada tahun 2003. Tak hanya bernyanyi, Dee juga menulis lagu. Salah satunya, "Firasat" yang dibawakan Marcell. Di tahun 2006, Dee melansir album solonya Out of Shell. Ia berperan sebagai produser sekaligus penulis seluruh lagu dalam album berbahasa Inggris tersebut. 

Di bidang sastra, Dee merilis buku pertamanya Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh pada tahun 2001. Total, Dee telah meluncurkan belasan judul buku. Selain sibuk berkarya, Dee juga beberapa kali menjadi narasumber untuk gelar wicara atau seminar, mulai dari tema kepenulisan hingga spiritualitas. Berbagai penghargaan juga didapat Dee. Salah satunya, predikat Book of The Year 2018 dari IKAPI Awards untuk novel Aroma Karsa. 

Bintang UKM (Diana Rikasari, 34 tahun)

Nama Diana familier di kalangan pecinta fesyen. Ia pertama kali dikenal sebagai bloger fesyen. Blog jadi wadah bagi hobinya menulis, memotret dan mendesain. Diana juga dikenal karena gaya busananya yang unik. Ia kerap tampil dengan memainkan warna-warna cerah. Dikenal lewat tulisan dan gaya busananya, Diana menjajal dunia bisnis. Di tahun 2011, ia merintis lini sepatu dan aksesori wanita bernama UP. Aksesori ini punya warna, corak, dan desain sesuai dengan ciri khas Diana. 

Lima tahun berselang, Diana merambah bisnis fesyen lain yaitu lini baju wanita bernama Schmiley Mo. Berkat kerja kerasnya, wanita yang juga seorang penulis buku ini sukses memamerkan koleksinya di pagelaran busana ternama. Sebut saja Kuala Lumpur Fashion Week 2016, Jakarta Fashion Week 2017, dan London Fashion Week 2017. Pencapaian Diana ini diganjar berbagai penghargaan. Salah satunya, International Young Creative Entrepreneur Award dari British Council dan Top Fashion Influencer dari Influence Asia. 

Bintang Komunitas (Saur Marlina Manurung, 46 tahun) 

Wanita yang lebih dikenal sebagai Butet Manurung ini merupakan pejuang pendidikan di Indonesia. Usai menamatkan studi antropologi dan sastra Indonesia, Butet menjadi pemandu wisata di Taman Nasional Ujung Kulon. Setelahnya, ia menjadi fasilitator pendidikan alternatif bagi suku asli Orang Rimba (suku Kubu) di Jambi. Kemudian, Butet tergerak mendirikan Sokola Rimba. Alasanya, ia tak terima melihat suku Kubu yang ditipu orang-orang berpendidikan tidak bermoral karena tak bisa membaca dan menulis. 

Kini, Sokola Rimba tersebar di 16 daerah pedalaman. Di antaranya, Aceh, Halmahera, Bulukumba, Flores, hingga Asmat. Butet mengungkapkan tujuan mendirikan Sokola Rimba agar masyarakat pedalaman mampu mempertahankan diri dari gempuran modernisasi. Contohnya, untuk melawan pembabatan hutan. Menurutnya, tujuan orang pedalaman belajar membaca dan memahami hukum supaya tidak diperlakukan semena-mena oleh orang luar. 

Bintang Muda (Defia Rosmaniar, 23 tahun)

Medali emas pertama dalam ajang Asian Games 2018 lalu dipersembahkan oleh Defia Rosmaniar. Medali ini diperoleh Defia usai mengalahkan taekwondoin Iran, Marjan Salahshouri dalam nomor poomsae individu putri. Sebelumnya, Defia meraih emas di nomor yang sama dalam Kejuaraan Asia Taekwondo pada Mei lalu. Ia juga membawa pulang medali perunggu bersama Muhammad Abdurrahman Wahyu di nomor pair poomsae. 

Mencetak berbagai prestasi, Defia mengaku awalnya tak terlalu suka berlatih taekwondo. Ia mulai belajar seni bela diri ini di tahun 2007 setelah diperkenalkan oleh kakak sepupunya. Karena latihan terus menerus, Defia mulai jatuh hati pada taekwondo. Hingga ia memperoleh medali perunggu dalam ajang Sea Games 2013. Di tahun 2017, ia juga mewakili Indonesia pada Asian Games Indoor and Martial Arts dan menggondol medali perunggu dalam nomor individu dan tim. 
 

Penulis : Yuriantin
Editor: Yuriantin
Berita Terkait