Kirab Malam Sura Keraton Surakarta, Kebo Bule jadi Cucuk Lampah

TEMPO | 12 September 2018 | 15:20 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Dalam kirab yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa malam 11 September 2018, tujuh ekor kerbau albino atau kebo bule diikutkan. Kirab itu digelar untuk menyambut pergantian Tahun Baru Jawa atau yang dikenal dengan malam satu Suro.

Kirab malam satu Suro disaksikan ribuan warga dan wisatawan yang berkumpul di depan keraton. Banyak dari mereka yang datang sejak petang. Warga juga memadati di jalan-jalan yang dilalui rombongan kirab.

Rombongan kirab malam satu Suro mulai keluar dari Bangsal Kori Kamandungan sekira pukul 23.00 WIB. Tujuh kebo bule menjadi barisan terdepan atau cucuk lampah dalam kirab itu. Di belakangnya, ratusan abdi dalem dan kerabat keraton mengikuti dengan mengenakan pakaian adat beskap dan kebaya. Peserta kirab juga membawa beberapa pusaka milik keraton. Tentu saja, asap dupa dan kemenyan yang mengepul membuat nuansa sakral dari ritual tahunan itu terasa sangat kuat.

Peserta menyusuri rute yang telah ditentukan. Meski tidak terlalu jauh, kirab memakan waktu beberapa jam hingga kembali lagi ke Kori Kamandungan. Di sepanjang jalan, warga baru bubar setelah iring-iringan peserta kirab lewat semua.

Keraton Kasunanan Surakarta saat ini memiliki 17 ekor kerbau bule yang dipelihara di sekitar Alun Alun Selatan. “Kami memilih tujuh untuk diikutkan kirab,” kata Pengageng Parentah Keraton, KGPH Dipokusumo. Pemilihan berdasarkan beberapa hal, salah satunya kejinakan. Menurut Dipokusumo, kerbau memiliki kedekatan yang sangat erat dengan budaya masyarakat Jawa. “Bahkan banyak tokoh di masa lampau yang menggunakan nama kebo, misalnya Kebo Kanigara,” kata dia.

Kerbau juga dianggap menjadi sahabat bagi masyarakat agraris. Hewan itu sangat berguna untuk membajak sawah. “Kerbau juga digunakan untuk menarik gerobak yang mengangkut hasil bumi dari desa ke kota atau pasar, kata KGPH Dipokusumo.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait