Kesaksian Agus Curik yang Melarung Jenglot ke Laut

TEMPO | 19 Oktober 2017 | 06:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Penemuan sebuah benda yang dipercaya sebagai jenglot di Surabaya, Jawa Timur, menimbulkan kehebohan. Sebagian warga meyakini sosok berbentuk seperti manusia setinggi 40 sentimeter itu sebagai jenglot asli, yang memiliki kekuatan mistis.

Jenglot itu ditemukan di Pantai Watu-Watu, Kenjeran Surabaya, Senin (16/10). Salah satu pengamat budaya di Surabaya, Agus Curik‎,‎ meragukan keaslian jenglot yang bau anyir tersebut. "Itu bukan Jenglot, ngapain kita percaya begitu," ujarnya saat ditemui Tempo di perkampungan nelayan Cumpat, Rabu, 18 Oktober 2017.

Warga Kedung Cowek itu ikut melarung‎ jenglot beserta kotak kayunya di Selat Madura. Ia mengaku diajak Camat Bulak, Suprayitno, untuk mengawal pelepasannya menggunakan perahu nelayan. Agus Curik dinilai memahami budaya dan tradisi, sehingga bisa mengidentifikasi apakah jenglot itu asli atau palsu.
 
Agus meyakini jenglot itu palsu. "Itu dari tulang binatang. Kayaknya dari burung bangau atau kuntul itu lho," ucap dia.
 
Yang asli, menurut Agus Curik, hanya petinya yang terbuat dari kayu. Namun bagian tubuhnya bukan mayat. "Pembentuknya itu dari kulit binatang. Nah, bagian tubuh binatang lalu dibentuk seperti manusia jenglot."‎‎
Camat Bulak, Suprayitno, akhirnya melarung benda misterius yang diduga jenglot ke laut. Semula, pihaknya berencana melarung jenglot sepekan kemudian. Namun belakangan, benda itu mulai membuat pihaknya kerepotan.‎ "Kantor kecamatan jadi jujugan warga untuk melihat, dari anak kecil, ibu-ibu, sampai yang tua, bahkan dari media. Luar biasa," ujarnya saat ditemui wartawan.‎
Ia mengatakan, jenglot membuat pelayanan di institusinya jadi terganggu. Jika jenglot tetap disimpan di kantornya, ia dan para pegawai disibukkan dengan kedatangan pengunjung yang penasaran.
 
"Kalau makin banyak pengunjung yang melihat, malah membuat nuansa mistik atau sirik. Jadi kami memutuskan sebaiknya dilarung hari ini saja," tutur dia.‎
Bersama beberapa pegawai kantor kecamatan, Suprayitno ‎membawa jenglot berbalut kain putih di dalam kotak kayu ke pinggir pantai dekat perkampungan nelayan. Perkampungan pinggir pantai itu berjarak sekitar 200 meter dari Pantai Watu-Watu. Dari sana, ia berangkat menggunakan perahu menuju Selat Madura sisi timur Jembatan Suramadu.‎
 

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait