Mengapa Hanya ANTV yang Sukses Menayangkan Serial India?

Panditio Rayendra | 23 Desember 2014 | 13:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - INDONESIA dilanda demam India.

Pemain serial Mahabharata disambut dengan luar biasa oleh publik kita. ANTV, stasiun TV yang menayangkan sekaligus mendatangkan bintang-bintang Mahabharata, mampu membuat acara baik on-air maupun off-air, yang kian membuat fans larut terhadap serial dan artis India.

Sejatinya, bukan kali pertama produk hiburan India masuk Indonesia. Anda tentu ingat, di tahun 90-an dulu TPI (kini MNCTV) rutin menayangkan serial India seperti Ramayana dan Mahabharata (versi 80-an, tentunya) serta film layar lebar India. RCTI dan SCTV ikut menayangkan film India, pada slot daytime.

Pada tahun 1998, Indosiar menggebrak lewat penayangan film India di waktu primetime, Mega Bollywood. Judul pertama yang tayang, Kuch Kuch Hota Hai, meraih rating tinggi. Tak perlu menunggu lama untuk SCTV yang lantas membuat slot Gala Bollywood dan RCTI dengan Layar Emas Bollywood, yang juga tayang primetime.

Namun tren ini kemudian memudar di era 2000-an. Produk lokal, semakin merajai layar kaca. Kalau pun ada tayangan impor yang diterima pemirsa TV, umumnya berasal dari Asia Timur (Taiwan dan Korea Selatan).

Hanya MNCTV yang terbilang rutin menayangkan film Bollywood, meski sebagian besar sudah pernah diputar puluhan kali.

Demam India kembali terasa ketika ANTV menayangkan serial Mahabharata di slot primetime. Sejak awal penayangan, serial ini stabil 10 besar, bahkan 5 besar-dan jelang berakhirnya sulit sekali dilengserkan dari peringkat 1.

ANTV yang sebelumnya bukan pemain utama di jajaran stasiun TV swasta, berhasil melampaui pencapaian Trans TV dan Indosiar yang di awal 2014 masih terbilang rutin menempati tiga besar.

ANTV pun memperkuat amunisi dengan judul lain; Mahadewa, The Adventures of Hatim, Jodha Akbar, Ramayana dan Navya.

Apapun yang sukses, tentu akan diikuti kompetitor. MNCTV dan Trans 7 dengan sigap menayangkan Naaginn dan Aladdin. Tapi respon penonton adem ayem, kalau tak mau dibilang jelek. Dua TV ini belum menyerah. Naaginn stop tayang sebelum tamat, MNCTV lalu menayangkan dua judul lain, Krishna dan Ramayan. Tapi nasibnya sama saja.

Trans 7 kini menayangkan Saraswatichandra, tapi sudah beberapa kali pindah jam tayang dan belum menunjukkan progres.

Indosiar yang paling akhir ikut menayangkan serial India, Qubool Hai, sudah memindahkan jam tayang di hari ke-9 penayangan, diduga karena rating dan share yang kecil.

Ada dua kemungkinan. Stasiun TV lain belum menemukan serial yang pas dengan selera penonton Indonesia. Atau, karakter TV lain tidak cocok menayangkan serial India. Kemungkinan kedua ini sulit dijelaskan secara ilmiah. Maksud kami begini. Stasiun RCTI dan SCTV selalu berjaya dengan tayangan sinetron. Sinetron tanpa bintang termahal pun, bisa bertahan lama jika tayang di dua TV ini. Tengok saja Tukang Bubur Naik Haji atau Emak Ijah Pengen ke Mekah.

Sementara ketika TV lain, sebut saja Global TV, mencoba peruntungan lewat sinetron, respon penonton dingin. Anda tentu ingat stasiun TV ini pernah menggandeng MD Entertainment memperkuat slot primetime. Tapi meski memasang pesinetron selevel Randy Pangalila atau Chelsea Olivia, tak sekalipun mendapat share dua digit.

Contoh lain, RCTI atau Indosiar kerap meraup sukses lewat ajang pencarian bakat. Tapi ketika SCTV menayangkan talent search, hasilnya pun biasa-biasa saja. Apa kabar pemenang Ajang Boy Girlband atau Top Chef Indonesia?

ANTV, sebelum munculnya serial India, belum ada identitas kuat. TV berita? Bukan. Spesialis sinetron? Bukan. Penayang film Hollywood? Juga bukan. Program yang perform, tidak jauh-jauh dari Pesbukers atau Masha and the Bear. Maka ketika Mahabharata meraih rating gemilang dan disusul serial India lain, penonton masa kini seperti punya patokan, "kalau cari serial India, ya di ANTV."

Tak hanya membeli serial India. ANTV perlahan mulai membangun pondasi kuat untuk program in-house, yang diperkuat bintang serial India. Contoh paling nyata, Panah Asmara Arjuna dan The New Eat Bulaga Indonesia, yang mampu meraih share 16 ke atas.

Meski demikian, ANTV tidak lantas lengah. Melihat stasiun TV lain mulai menayangkan serial India, divisi program kian selektif memilih judul yang hendak dibeli.

"Serial drama (menyebutkan judul yang tayang di TV lain) awalnya ditawarkan pada kami. Namun saat preview, saya merasa serial itu bukan selera penonton kami," ungkap Gunawan, Acquisition & Distribution Manager ANTV, dalam perbincangan khusus dengan Bintang Online beberapa waktu lalu.

Benar saja, di TV lain, serial tersebut tidak perform.

Strategi ANTV yang sukses saat mendatangkan bintang-bintang India ke Indonesia, juga mulai dijajaki stasiun TV lain.

"Sekarang kalau mau membeli serial India, pihak TV sekalian bertanya (pada distributornya). Mungkin enggak, artisnya diundang ke Indonesia?" ceritanya ramah.

Keberhasilan yang diraih ANTV lewat serial India, tak membuat stasiun TV ini berhenti memberikan gebrakan. Mulai pekan ini, ANTV menayangkan serial asal Turki, King Suleiman. Di tahun 2015, ANTV juga akan menayangkan sinetron Indonesia dengan bintang utama Shaheer Sheikh, sang Arjuna di Mahabharata.

(ray/gur)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait