Setelah Membaca Edisi Pertama "Bintang Indonesia"

Ade Irwansyah | 25 Februari 2014 | 16:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - PROVINSI di Indonesia masih 27 dengan Timor Timur sebagai provinsi paling buncit. Presidennya masih Soeharto. TVRI tak sendirian. Tapi TV swasta masih sedikit: RCTI, SCTV, dan TPI. Istilah "selebriti" masih jarang digunakan. Lebih sering kata "artis" yang dipakai. Infotainment belum ditemukan. Internet masih asing. Facebook, Twitter, bahkan Friendster dan Multiply tak terbayangkan oleh orang ketika itu. Telepon genggam belum jadi benda yang jamak digunakan. Waktu itu, orang lebih senang pakai pager. Untuk berbincang, orang masih senang pakai telepon rumah atau telepon umum pakai koin recehan.

Begitulah kira-kira gambaran kehidupan negeri ini saat tabloid Bintang Indonesia terbit pertama kali di minggu pertama Maret 1991.

Terbit dengan jumlah 24 halaman, berwujud kertas koran, Bintang memajang Bella Esperance Lee di sampul muka. Headline-nya "Sehari Empat Kali.." --sebuah judul yang konotasinya ke ranjang, sesuatu yang rasanya sulit ditemukan di tabloid hiburan manapun hari ini. Logo Bintang berwarna merah kecuali huruf "t" kecil berwarna putih. Mengingatkan pada logo tabloid hiburan sejenisnya yang sudah almarhum kurang dari satu tahun sebelumnya, Monitor akibat dibredel setelah menerbitkan polling bermuatan SARA.

Bintang memang reinkarnasi Monitor. Orang-orang yang sebelumnya mengerjakan Monitor--yang dimiliki kelompok Kompas Gramedia--kemudian menemukan investor untuk menerbitkan tabloid baru. Nama yang dipilih, Bintang Indonesia.     

Profil Redaksi
Di rubrik "Lensa", semacam surat dari redaksi/penerbit, pemimpin redaksi Bujang Praktiko menulis kata sambutan unik yang setiap paragrafnya diawali "Pada 5 Maret 1991 tabloid Bintang Indonesia terbit."

"Pada 5 Maret 1991 tabloid Bintang Indonesia terbit. Dengan wajah baru dan manajemen baru. Serba baru. Pada Hari Selasa beredar di seluruh Indonesia. 24 halaman. Isinya, meliputi acara televisi, film, video, dan radio. Menyajikan foto yang artistik dan tulisan penuh informasi.

"... Pada 5 Maret 1991 tabloid Bintang Indonesia terbit. Ada syukuran. Ada ketegangan. Ada tangisan. Ada Kebahagiaan. Doa kami: Berilah kami jalan menuju kemenangan."

Di bawah rubrik "Lensa" ada profil singkat awak redaksi, mereka yang melahirkan Bintang Indonesia. Ada pula foto awak redaksi angkatan pertama di pojok kanan atas.

Kocak mebaca pengenalan redaksi di edisi pertama ini. Setiap sosok dikomentari nakal.

Misalnya ada profil singkat Erwin Arnada, kemudian hari menjadi pemimpin redaksi, lalu menmerbitkan Playboy Indonesia, dan kini menjadi penulis novel dan sineas (Erwin memfilmkan novelnya, Rumah di Seribu Ombak):

"Si lajang hitam ini, bernama Erwin Arnada. Ia bersama Gunawan (Wibisono) yang bertanggungjawab menentukan pemuatan foto. 'Kriteria fotonya harus cantik dan manis,' dalihnya. Ia pun mencontohkan dalam cara berpakaiannya yang sangat cantik dan manis. Tapi jangan terlalu dimanis-maniskan, Win. Nanti banyak semut. Untuk mengenalnya mudah saja, ada antingnya kok."

Profil artis dan acara TV
Di sampul, tepatnya di atas logo, Bintang sudah mengidentifikasi dirinya sebagai "Mingguan Televisi, Video, Radio dan Film." Artinya, sudah sejak awal memang tabloid ini hendak jadi panduan bagi penonton TV. Maka, sebagian besar isi Bintang berisi ulasan acara TV.  Ini sudah jadi tradisi dan ciri khas Bintang hingga sekarang. Sejak halaman 4 sudah ada sinopsis acara TV. Di halaman-halaman itu ada sinopsis serial Jepang Rin (TVRI), telenovela Little Missy (TVRI), hingga serial yang dibintangi Pierce Brosnan, Remington Steele (RCTI).

Di halaman 8 kita bertemu cerita utama soal Bella Esperance Lee yang jadi cover. Di situ saya bertemu gaya penulisan profil yang kini sudah jarang ditemukan. Misalnya, penulisnya tak sungkan memuji kemolekan artis yang diprofilkan sebegitu rupa.

Setelah menceritakan Bella kecil giginya nongol, penulisnya menulis: "Bella bukan Bella yang giginya nongol. Sekarang ia begitu elok, manis, imut-imut. Kalau ia berpakaian celana jeans, tanpa bedak. Edan! Begitu indahnya Bella. Apalagi suara tawanya melengking, membuat lelaki betah bersanding dengannya."

Ada pula profil Minati Atmanegara dengan judul yang juga unik: "'Kalau Suamimu Nyeleweng, Mi?' Bacalah!" Maksudnya kita disuruh membaca artikelnya untuk tahu jawaban Minati. Selain Minati ada juga profil Btari Karlinda lengkap dengan alamat Btari bila penggemarnya ingin mengirim surat. Maklum, dulu belum ada Twitter yang tinggal mention artis pujaan bila ingin menyapa.

Di halaman pamungkas, halaman 24 ada berita soal Fariz RM yang dikatakan "Karir Panggung Fariz R.M. Rampung, Kabarnya". Maksudnya karier Fariz dikatakan bakal habis di panggung-panggung musik, sebab ia diboikot produk rokok yang mensponsorinya. Di sebuah koran Fariz bilang tak merokok. Padahal ia merokok dan jadi bintang iklan rokok. Di artikel tersebut, Fariz mengklarifikasi.
 
Sejak edisi pertama, Bintang memuat jadwal acara TV sepekan. Bagi banyak pembacanya, ini ciri khas Bintang dan bahkan jadi rubrik unggulan, membuat tabloid ini jadi panduan menonton TV seminggu penuh. Namun, beberapa tahun lalu, tak lagi ada halaman jadwal acara TV sepekan.

Banyak yang kehilangan, tapi zaman memang sudah berubah. Stasiun TV pun kini semakin banyak. Selain 11 stasiun TV nasional ada lebih banyak lagi TV lokal bertebaran di banyak provinsi. Dua halaman tabloid tentu takkan cukup menampung semuanya.                            

Siang malam ada Bintang Indonesia
Edisi pertama hadir tanpa iklan. Di sampul tertera harga Bintang: Rp 500. Edisi pertama Bintang tak sempurna. Di edisi kedua, redaksi memuat ralat atas beberapa kesalahan penulisan.
 
Dengan segala kekurangan tersebut, kehadiran Bintang toh dipuja-puji selebriti tanah air. Di halaman surat, ada komentar artis-artis atas kelahiran Bintang. Minati Atmanegara berpesan: "Covernya disesuaikan dengan kepribadian Indonesia." Sedang Bella Esperance Lee bilang, "Siiiplah. Pesan saya: jangan jorok-jorok ya?"

Dua puluh tiga tahun kemudian Bintang masih hadir setiap pekan. Keadaannya sudah jauh berbeda. Berita selebriti atau artis sudah tak lagi monopoli tabloid hiburan yang terbit sepekan sekali. Tapi juga muncul di infotainment setiap hari dan media online setiap saat. Belum lagi artis sekarang punya Twitter atau halaman Facebook resmi yang bisa setiap saat mengabarkan tentang dirinya. Gosip pun tak cuma beredar dari mulut ke mulut lagi, tapi juga bersliweran di Blackberry Messanger dan semacamnya.

Ya, keadaan sudah tak sama lagi. Tapi saya hendak mengutip secuplik tulisan dari edisi pertama yang saya baca:

"Pada 5 Maret 1991 tabloid Bintang Indonesia terbit. Malam ada bintang. Siang malam ada Bintang Indonesia."

Ingin membaca edisi pertama Bintang Indonesia? Tak perlu repot mengunjungi kantor kami. Klik saja di sini.

(ade/ade)

Penulis : Ade Irwansyah
Editor: Ade Irwansyah
Berita Terkait