RESENSI FILM It Chapter Two: Teror Mencekam dan Persahabatan yang Hangat

Panditio Rayendra | 4 September 2019 | 12:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Film It Chapter Two hadir di jaringan bioskop Indonesia mulai hari ini, Rabu 4 September 2019. It Chapter Two merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Stephen King terbitan 1986, juga merupakan kelanjutan film It yang rilis tahun 2017.

It Chapter Two mengambil masa 27 tahun setelah film pertama. Jika Anda tidak menonton film pertamanya, akan kesulitan memahami konflik dan karakternya. Kedamaian di kota kecil Derry kembali terusik dengan sejumlah kematian misterius.

Mike (Isaiah Mustafa) adalah satu-satunya anggota Kelompok Pecundang yang masih tinggal di Derry. Teman-temannya seperti Bill (James McAvoy), Beverly (Jessica Chastain), Ben (Jay Ryan), Richie (Bill Hader), Eddie (James Ransone) dan Stanley (Andy Bean) telah berkarier masing-masing di kota besar. Kematian tidak wajar di Derry membuat Mike menghubungi rekan-rekannya. Meski beberapa sempat kaget bahkan ragu, pada akhirnya Bill, Beverly dan anggota Kelompok Pecundang lainnya pun kembali ke kota Derry. Tak perlu waktu yang lama, peristiwa aneh pun meneror mereka. Lagi-lagi berhubungan dengan Pennywise. Apakah kali ini mereka berhasil mengalahkan sang badut yang bisa berubah wujud itu?

It Chapter Two kembali disutradarai Andy Muschietti, yang juga menyutradarai It dan Mama (2013). Film It Chapter Two masih bernuansa kelam seperti film pertama. Muschietti berhasil menampilkan persahabatan yang kuat antar-karakter, tentu ditunjang dengan chemistry apik para pemainnya. Alur maju mundur yang dipakai film It Chapter Two, membuat ikatan persahabatan Bill dkk terasa hangat, baik adegan nostalgia mau pun setelah dewasa. Urusan adegan seram, Muschietti banyak menampilkan grafis yang menarik. Sadis, seram tapi juga artistik. Menarik tatkala adegan di set era 1989 menampilkan bioskop tengah memutar film Nightmare on Elm Street 5, sementara salah satu karakter dalam It Chapter Two mengalami teror mirip di adegan film tersebut (petunjuk: kamar mandi). Ilustrasi musik gubahan Benjamin Wallfisch kian memperkuat atmosfir tegang sampai manis, yang ditawarkan film ini.

Peristiwa yang dihadapi para karakter dalam film ini, masih berhubungan dengan masa lalu mereka. Penulis naskah Gary Dauberman cukup jeli mengangkat konflik yang personal untuk masing-masing karakter, sekaligus tak mudah ditebak. Bill misalnya yang masih merasa bersalah atas meninggalnya Georgie sang adik. Kisah cinta segitiga Bill-Beverly-Ben mencuri perhatian. Meski begitu, masing-masing karakter diberi porsi yang nyaris adil, tak heran jika durasinya cukup panjang, 169 menit.

 

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait