Joko Anwar Pernah Bertahan Hidup Hanya dengan Arem-arem

Wayan Diananto | 4 November 2017 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setelah Pengabdi Setan meledak, Joko Anwar dihubungi banyak produser. Mereka menawari Joko Anwar setumpuk skenario untuk digarap.

Joko Anwar menolak. Ia teringat, saat sukses dengan Janji Joni, belasan produser memintanya membuat skenario bergenre serupa.

“Dalam berkarya, saya sudah punya rencana. Judulnya apa, ceritanya bagaimana, semua itu tersimpan di benak saya. Saya tidak mau keluar dari rencana itu. Kalau keluar dari standar yang saya buat sendiri dan menerima apa pun untuk cari makan, saya tidak punya kebanggaan lagi. Sekarang, apa pun hasilnya, saya bangga. Film yang saya produksi adalah film yang memang ingin saya buat. Bukan karena terpaksa demi makan,” urai Joko Anwar kepada Bintang, di Jakarta. 

Gara-gara menolak belasan tawaran, bintang film Melancholy Is a Movement itu kelaparan selama setahun (2005-2006).

Untuk bertahan hidup, Joko Anwar menjual satu per satu barang miliknya. Itu dimulai dari furnitur, televisi, lalu pindah ke rumah susun.

“Barang yang pertama kali saya jual adalah furnitur. Lalu televisi saya jual juga karena bagi saya, layar gelas barang sekunder. Yang tidak mungkin saya jual adalah kulkas, sofa bed, dan laptop. Sempat saya berpikir, andainya nanti tekanan ekonomi makin mengimpit dan salah satu dari ketiga barang ini mesti dijual, maka yang tidak mungkin saya jual adalah laptop. Karena di sanalah, ide-ide cerita ditulis dan dikembangkan,” papar Joko Anwar, panjang.

Untuk menghemat anggaran, sineas kelahiran 3 januari itu pindah dari rumah di Karawaci Tangerang ke rumah susun Pejompongan, Jakarta. Sayangnya, migrasi ke rumah susun bukanlah solusi efektif untuk menyelamatkan diri dari impitan ekonomi. Kantong Joko Anwar terus menipis. 

Perlahan nasi, sayur, dan lauk pauk tak terbeli.

“Akhirnya saya menyambung hidup dengan makan arem-arem setiap hari. Saya membeli satu boks arem-arem untuk dimakan selama 1 minggu. Satu boks arem-arem isinya 20 bungkus. Biar awet, saya menyimpan arem-arem di kulkas. Beberapa sahabat mengunjungi saya untuk melihat keadaan saya. Salah satunya, Hera yang bekerja di sebuah media. Setiap berkunjung, Hera diam-diam meninggalkan uang di rumah saya karena ia tahu saya tidak mau berutang apalagi minta-minta ke orang lain,” Joko Anwar mengenang. 

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait