5 Hal Yang Bisa Dipetik dari The Apprentice: One Championship Edition, Trending di Netflix

Redaksi | 6 Februari 2022 | 12:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tiga hari setelah tayang global, “The Apprentice: One Championship Edition” jadi salah satu program trending di Netflix di berbagai negara. Serial tanpa naskah ini berada di jajaran top 10 di platform yang dilanggani lebih dari 210 juta orang sedunia itu. CEO sekaligus Chairman One Championship, Chatri Sityodtong, mengungkap data lewat akun medsosnya, The Apprentice: One Championship Edition sempat berada di peringkat ketujuh sebagai acara paling banyak ditonton saat ini di Indonesia. Saat artikel ini disusun, acara yang sama berada di peringkat kedua di Singapura. Setidaknya ada lima pelajaran yang bisa dipetik dari 13 episode The Apprentice: One Championship Edition.

Pertama, membaca masalah sebagai peluang. Ide-ide brilian seperti ojek daring atau telekonferensi lintas negara tak akan muncul jika kemacetan serta pembatasan wilayah tidak terjadi. Kedua, menciptakan pesan yang memantik emosi. Salah satu episode The Apprentice: One Championship Edition menampilkan para peserta diminta bikin video marketing tentang perusahaan penanam modal membantu pengusaha skala mikro dan menengah. Video salah satu tim disanjung juri berkat pesan kuat, interaksi yang natural dan menyentuh hati audiens.

Ketiga, presentasi adalah segalanya. Para peserta The Apprentice: One Championship Edition adalah orang brilian. Namun, ketidakcakapan dalam presentasi bisa berujung kegagalan. Contohnya deck presentasi yang tidak rapi atau gugup saat membagikan gagasan. Keempat, merekrut orang yang tepat. Bayangkan tantangan berat yang mengadang jika bekerja dengan orang yang tidak sevisi atau satu komitmen. Apalagi, perusahaan rintisan dituntut fleksibel karena akan menjalani berbagai perubahan strategi sebelum punya fondasi kuat.

Terakhir, melihat jauh ke depan. Ini selalu jadi pembahasan di tiap episode The Apprentice: One Championship Edition. Ini demi keberlangsungan perusahaan dan untuk meyakinkan para pemangku kepentingan. Beberapa tantangan yang dihadapi para peserta memicu mereka berpikir ke depan. Contohnya, bikin restoran digital pertama di dunia. Bukan kebutuhan mendesak tapi bisa jadi itu menjamur di masa depan seiring perubahan perilaku masyarakat.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait